6 ) Daniel Said..

566 131 5
                                    

Aku tahu, mesti kalian ngerti bagaimana cara menghargai karya seorang penulis.

Bisa ngehargain aku kan?

Enjoy for reading !

-----

Sunghoon sampai dirumahnya. Ia segera memarkirkan motornya di halaman rumah. Melepaskan helmnya lalu memandang rumah besar dihadapannya itu dengan lamat.

Indah sekali, namun kehidupannya buruk. Tak sama persis dengan kediaman sunghoon yang nampak bagus dan juga indah.

Ia menunduk, menghela nafasnya dengan kasar lalu turun dari motor. Beranjak berjalan menuju dalam rumah yang sampainya didalam pun nampak sepi sekali.

Kembali menatap lamat ruang utama rumahnya. Menatap dingin pada figura foto yang terpampang apik disana. Pernikahan kedua orangtuanya.

"Eh mas.."

Sunghoon menoleh lalu mengangguk menanggapi ujaran bibi. "Kemaren pas mas sunghoon nginep dirumah mas Jay, mereka berantem lagi." Sunghoon berhenti melangkah.

Menatap asisten rumah tangga-yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri-yang tadi bercicit sambil menunduk. "Udahlah bu, mereka emang pantes kaya gitu."

Setelahnya, ia berlari kecil menuju kamarnya. Menutup keras pintunya dengan emosi yang tiba-tiba datang. Matanya perlahan berbinar sendu, berkaca-kaca.

Ini sunghoon saat dirumah. Lemah sekali dengan semua keadaan. Ini sunghoon yang sebenarnya. Rapuh dan juga butuh kasih sayang dari yang namanya orangtua.

Kadangpun ia berfikir. Bagaimana bisa orang-orang menganggap keluarga adalah rumah terindah? Mengapa sunghoon mendapat yang sebaliknya? Apakah dahulu ia berbuat banyak dosa? Dosa apa yang ia perbuat sampai-sampai kasih sayang orang tua pun tak rasakannya?

Pemuda pinguin itu berbaring diranjangnya. Memeluk guling yang ada disana lalu mulai meneteskan air mata.

Buliran bening dari manik tajamnya itu akan terlepas saat ia sedang seperti ini. Rindu pada orangtua, dan rindu pada semua keindahan bersama keluarga nya.

Sunghoon tak mengerti, mengapa ia lahir dalam keluarga yang tak harmonis ini. Kadang sunghoon kecewa, mengapa ia berada dalam lingkup seperti ini?

Kadang ia iri, pada teman-temannya yang memiliki keluarga harmonis dan bisa merasakan bagaimana bersama keluarga.

Kalo pun gue mati, papa mama baru respon gue kah?

"Dek, buka pintunya sini."

Isakan nya tak bisa lagi ia bendung. Turun dari ranjang, lalu membuka pintunya. Segera menarik sosok yang berada di depan pintu kamarnya. Memeluk sosok tersebut dengan erat lalu menangis keras di pundaknya.

Pemuda yang dipeluk sunghoon pun balas memeluk. Mengusap punggung yang lebih muda disertai kata-kata penenang.

Ditenangnya dengan sabar. Sesekali mengecup puncak kepala yang lebih muda. Sunghoon, yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu menangis lagi.

Untuk kesekian kalinya, orangtua dan keluarga adalah alasan mengapa sunghoon menangis.

"Kak soobin, sunghoon capek."

Iya, soobin.

-----

"Itu sunoo?"

Sunghoon mengangguk menanggapi gadis disampingnya itu. Minjeong bersamanya. Tadi, Minjeong meminta tolong pada sunghoon untuk menemaninya memakan bakso.

Secret Admirer | SungSunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang