Aku tahu, mesti kalian ngerti bagaimana cara menghargai karya seorang penulis.
Enjoy for reading !
—————
Melempar bola basket ke arah ring. Bola tersebut masuk. Sebenarnya, ia tidak hobi bermain basket namun ia berbakat dalam permainan bola besar itu.
Ia menangkap bola yang memantul itu. Mengatur nafasnya dengan tenang, sambil menatap ke arah lantai lapangan basket.
Dirinya sendiri disini. Sangat sepi, terlebih lagi pada lapangan basket sekolahnya ini. Hanya terdengar suara semilir angin dan juga nafas nya yang masih diatur.
Sendiri dan sunyi, ia suka akan hal tersebut. Sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu membuat dirinya sedikit tidak menyukai yang namanya kericuhan.
Kecuali jika dirinya dengan sahabat karibnya. Itupun jika dirinya sedang dalam mood yang baik dan juga netral. Jikapun dirinya dalam mood yang buruk, ia akan lebih memilih untuk meninggalkan sahabat karibnya disaat mereka tengah bergurau.
Bagaskara Sunghoon, namanya.
Pemuda dengan paras yang tenang dan kalem. Sama seperti sifat dan juga perilaku nya. Dingin, dan juga cuek adalah sifatnya yang paling menonjol. Sifat yang sangat spesifik dalam dirinya.
Kelas sebelas IPS 1, dirinya tidak bisa dikatakan pintar, namun tidak bisa juga dikatakan bodoh. Netral sebenarnya.
Seringkali menduduki peringkat 10 besar dalam kelas. Namun sangat pintar dalam hal non akademik. Terutama dance dan juga ice skating.
Disaat pemuda lain menganggap bahwa menjadi orang yang pintar bermain basket adalah pemuda yang keren, lain hal nya dengan Sunghoon.
Passion nya ada dalam hal non akademik tersebut. Ia sangat pintar sekali melakukan dance. Lebih menyukai tarian modern, daripada tradisional sih. Tapi ia bangga.
Bangga sekali bisa menyabotase juara melewati perlombaan dance tersebut. Setidaknya, ia memiliki banyak prestasi melalui dance bukan hanya modal tampang saja.
Menjadi seorang dancer tidak mudah. Kadang, sunghoon cidera dalam melakukan koreografi dance yang menyulitkan serta membutuhkan alat.
Ada kalanya, seorang dancer itu dipandang baik. Namun, ada kalanya juga seorang dancer dipandang buruk oleh orang lain.
Sunghoon merasakan keduanya. Terlebih lagi yang baik. Tapi, ia juga pernah merasakan yang buruk. Mungkin sampai sekarang.
Orang memandang dirinya sebelah mata. Menghujat nya dengan perkataan yang tak baik, seperti ;
Kenapa sih harus ngelakuin kegiatan yang kebanyakan dilakuin oleh wanita?
Dirimu kaya cewe kalo nari tradisional, hoon.
Apa lo banci, hoon?
Jika Sunghoon menjawab, maka jawabannya simple.
Jika diumpamakan, sama aja lo kalo seorang pria yang lagi nyuci piring ataupun baju.
Gue cuma ngikutin tarian itu, kalo ngga diikutin ngga bagus dance gue.
Apa lo mau ngelihat six pack gue?
Memang, terdengar simple dan juga tenang. Namun sirat sekali akan penekanan. Menekan bahwa menjadi seorang dancer pria itu tidak salah.
Sunghoon hanya mengembangkan bakatnya, jadi tidak masalah bukan? Lagi pula, ini hidupnya bukan hidup mereka. Jadi dia tak ambil pusing dengan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer | SungSun
Fanfic[FOLLOW DULU SEBELUM BACA KAK!!] Sunoo tak mengira bahwa mendapatkan Sunghoon itu mudah. Nyatanya, kesulitan yang ia alami hanya disaat bagaimana cara menjadikan Sunghoon kekasihnya. 180521 - ? Bahasa semi baku! Bxb / homo / gay! Lokal!