Aku tahu, mesti kalian ngerti bagaimana cara menghargai karya seorang penulis.
Bisa ngehargain aku kan?
Enjoy for reading !
—————
"Gue pusing banget. Tiba-tiba otak ngadet, kaya ngga ada ide gitu."
Heeseung menoleh lantas mendengus setelah mendengar ucapan Jay. Pemuda banyak tingkah itu tiba-tiba banyak diam sekarang. Hanya rebahan dan sekali-kali mengecek ponselnya dengan malas.
Niat mereka sih, sebenarnya ingin nongkrong di cafe depan komplek yang baru saja dibuka. Tapi tiba-tiba jake tidak bisa ikut dengan alasan keluarga membuat yang lain juga tidak jadi ke cafe depan komplek.
Mereka bersahabat bukan setahun dua tahun, tapi mungkin dari orok. Maka dari itu tidak heran jika semisal ada yang tidak bisa nongkrong, yang lain juga ikut.
Sudah lengket dan se-best itu.
Kamar heeseung adalah latar dimana mereka tempati sekarang. Setelah jake mengucapkan bahwa ia akan pergi bersama orangtuanya, heeseung memutuskan untuk pulang. Jay dan sunghoon mengikutinya.
"Sekarang kaya males banget, gitu kan?" Ketiganya menoleh menatap yang tadi mengujar. Ada soobin yang tengah berjalan dengan setoples makaroni ditangannya.
"Iya bang. Mana tugas osis gue segunung. Tujuhbelasan masih dua bulan lagi, pak kepsek malah nyuruh buat seminggu lagi dikumpulin. Katanya sih, buat diliat doang. Nyatanya juga dianggurin. Pa maksud gitu?"
Heeseung menggerutu, ia kesal sekali dengan kepala sekolahnya yang terlalu rajin. Menyuruh untuk mempercepat menyiapkan apa-apa yang harus ada dan dilakukan pada hari kemerdekaan Indonesia nanti.
Niatnya memang baik, tapi jika terlihat memaksa dan mengekang bukannya malah membuat anggota OSIS yang bertanggungjawab itu menjadi repot sendiri?
Sedikit, heeseung menyesal menyalonkan diri menjadi ketua osis sekarang.
Soobin duduk disebelah pemuda dengan gigi yang putih bersih itu. Menepuk pundaknya beberapa kali.
"Dulu gue juga gitu. Kalian kalo disuruh kaya gitu lagi, jangan terlalu nurut. Waktu dulu pas angkatan gue aja diceknya seminggu sebelum hari h muncul."
"Nah kan, ngerasa banget kalo kepsek sekarang sama dulu beda banget. Dulu mah, bisa enjoy enjoy ngga terlalu ngekang. Lah sekarang, kaya pen dicekek keknya.."
Heeseung menggelengkan kepalanya. Nampak sekali kesal dengan kepala sekolahnya itu. Apa yang dikatakan heeseung memang benar adanya.
Soobin sendiri yang sudah berpengalaman hanya terkekeh pelan. Sudah sangat tahu tabiat kepala sekolah semasa SMA nya dulu.
"Lagian papa bear kenapa mindahin dia kesini sih ya," Jay menyeletuk dan dibalas anggukan oleh Heeseung.
"Curiga gue ada acara suap menyuap." Lanjutnya yang mana membuat sunghoon mendengus. Pemuda es yang sedari tadi mendengarkan itu malas sekali untuk mengucapkan sesuatu, barang satu kata saja.
"Engga mungkin deh kayanya. Daddy gue kenal deket sama papa bear. Kata daddy, papa bear anti banget kaya gitu." Soobin menyahut, sedikit tidak terima laki-laki, yang sudah ia anggap paman nya sendiri itu dicurigai.
Heeseung menoleh, "ngga ada yang ngga mungkin. Tapi gue bukan berarti setuju dengan ucapan Jay." Katanya yang tentu tahu isi hati juga pikiran dari pemuda jangkung di sampingnya ini.
Jay mengendikkan bahunya acuh, ia menyambar ponselnya lalu mengetikkan pesan pada seseorang. Tak lama setelahnya, ia tersenyum kecil tatkala melihat jawaban dari orang itu. Jika bukan jungwon siapa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer | SungSun
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA KAK!!] Sunoo tak mengira bahwa mendapatkan Sunghoon itu mudah. Nyatanya, kesulitan yang ia alami hanya disaat bagaimana cara menjadikan Sunghoon kekasihnya. 180521 - ? Bahasa semi baku! Bxb / homo / gay! Lokal!