Tangan bunda gemetar. Membaca satu persatu hasil swab. Dari mulai swab dirinya, suami, dilanjutkan kedua anaknya. Mata bunda membulat, tangan kirinya menutup mulutnya. Lirih istighfar terlantun dari bibirnya.Saat kenyataan menghampiri, tak bisa sedikit pun manusia berlari dari takdir ilahi. Hasil swab Azizah Putri, positif. Dari berempat yang melakukan tes swab, hanya gadis kecil itu yang positif Covid. Ayah, bunda dan Faiz hasilnya negatif.
Lirih antara hamdalah dan istighfar terdengar. Tubuh bunda lunglai. Otaknya blank, pikirannya kosong. Dadanya terasa bergemuruh, sesak. Gadis kecilnya baru merasakan kekecewaan di hari ulang tahunnya, kini mendapatkan hadiah seperti ini.
Perlahan, bunda menetralisir hatinya. Dipandangi putrinya yang sedang mengerjakan tugas dari sekolah.
'Kondisi Azizah baik, dia tak ada keluhan, aku masih harus banyak bersyukur,' batin Bunda menguatkan hati.
Setelah mampu menguasai diri, bunda memakai masker dan mendekati Azizah.
"Kak, hasil swab sudah ada," ucap Bunda perlahan.
Gadis kecil yang sedang sibuk menulis itu melirik bunda. "Bagaimana hasilnya, Bun?"
"Ayah, Bunda dan Dede Faiz negatif, Kakak positif." Pelan suara bunda menjelaskan, tetapi tetap membuat gadis itu terperanjat. Tangannya yang sedang menulis terhenti, matanya menatap bunda tak percaya.
"Apa kakak harus dirawat di rumah sakit sendirian?" tanya gadis itu ketakutan.
"Bunda usahakan Kakak isolasi mandiri di rumah ya," jawab Bunda.
"Azizah takut kalau di rumah sakit, nanti di kamar gak ada yang nemenin." Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
Gadis berambut panjang itu berlari ke kamarnya. Dia menutup wajahnya dengan bantal. Tak ada suara terdengar tetapi bunda yakin putrinya itu sedang menangis. Bunda mengembuskan napas kasar. Tak hanya Azizah, dirinya pun cemas. Wanita berwajah bulat itu menghampiri gadis kecilnya.
"Ziza," panggil Bunda lembut. Tak ada jawaban. Saat bunda mencoba mengusap rambut panjangnya, Azizah menghindar. Tampaknya dia sedang tak mau diganggu.
Bunda memilih keluar kamar. Bagaimanapun juga, dia harus mulai mengisolasi putrinya itu. Dia sadar, kini harus berusaha agar virus Covid tak tambah menyebar.
Ayah dan bunda merundingkan tindakan yang harus dilakukan. Mereka sepakat Azizah isolasi mandiri di rumah. Faiz dikomunikasikan bahwa selama empat belas hari ke depan, dia tak bisa berdekatan dengan kakaknya.
"Azizah mulai hari ini hanya boleh di kamar, tidak boleh keluar." Gadis kecil itu hanya bisa diam mendengarkan ucapan bunda. Matanya masih menyiratkan kekecewaan.
"Nanti semua keperluan Kakak diantar ke depan kamar," ucap ayah menambahkan. Lelaki itu tahu anaknya sangat kecewa.
"Bun, 'kan Ziza selalu patuh kata Bunda. Selama di rumah nenek, aku selalu pakai masker kalau keluar rumah, cuci tangan pakai sabun kalau dari luar," ucap gadis kecil berkepang itu.
"Iya, Bunda tahu," sahut Bunda.
"Tapi kenapa Ziza tetap kena Covid?" Pertanyaan putrinya membuat hati bunda semakin terasa pedih. Wanita itu menghela napas kemudian mengembuskannya perlahan sebelum lanjut berbicara.
"Ziza 'kan sering tidur sama nenek kalau nginap di sana." Wanita berkacamata itu bingung menjelaskan kepada putrinya.
"Tapi Faiz juga nginap di sana. Kemarin sebelum keluar hasil swab, Bunda juga sering nemenin Ziza tidur, buktinya Faiz dan Bunda negatif. Kok, cuma Ziza yang positif," keluh gadis mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jutaan Cinta dan Doa
General FictionTak ada kehidupan yang sempurna. Perjuanganlah yang membuat segalanya tampak sempurna. Azizah, gadis kecil berusia sepuluh tahun yang memiliki berbagai talenta harus dihadapkan kenyataan fungsi pendengarannya perlahan menurun dan terancam tuli. Ber...