bab 17 kegagalan terapi

1 0 0
                                    

Bab 17

"Azizah," ucap Bunda tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Gadis berambut hitam legam itu berlari masuk ke kamar, isaknya terdengar.

Bunda mencoba untuk menenangkan hati sendiri, sebelum mendekati putrinya. Diusapnya rambut panjang Azizah. Wanita itu hanya bisa diam, tak tahu harus bicara apa untuk mengobati kekecewaan anaknya.

Isakan terus terdengar. Bunda memutuskan berbaring di samping putrinya dan memeluk erat. Saat ini anandanya itu sedang kecewa berat, tak butuh diceramahi atau dinasihati.

"Azizah sedih." Setelah beberapa lama, akhirnya gadis kecil itu membuka suara. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk. Bunda duduk pula berhadapan dengan gadis itu.

"Bunda tahu."

"Azizah sudah turuti kata-kata dokter. Sudah patuh sama Bunda, tapi kenapa semua doa gak ada yang dikabulkan. Kata Bunda, doa anak solehah pasti dikabulkan. Apa Ziza bukan anak solehah?" ucap gadis itu sambil menyusut air mata.

"Ziza anak solehah. Kakak senang bersedekah, setiap hari mau bantu Bunda, salatnya juga rajin." Wanita berjilbab itu memegang erat tangan putrinya.

"Tapi kenapa semua doa Ziza tidak dikabulkan?" tanya gadis itu sambil menahan isak.

"Doa apa yang belum dikabulkan?" tanya Bunda lembut.

"Doa menang lomba, doa sembuh telinganya," sahut Azizah cepat.

"Kakak baru ikut lomba sekali, Bunda lomba berkali-kali aja gak pernah menang," ucap Bunda sambil terkekeh, berusaha memperbaiki suasana hati anaknya.

"Tapi, Bun ...," sela Azizah.

"Soal telinga, bukan tidak dikabulkan, tapi masih proses. Apa Kakak lupa bahwa awalnya telinga Kakak harus dioperasi dan pasang implan, tapi Allah berikan keajaiban dan harapan?" potong wanita berusia tiga puluh tujuh itu, tak ingin anaknya larut dalam kekecewaan terlalu lama.

"Tapi Ziza sudah berusaha dan doa sungguh-sungguh, kenapa gagal semua?" ucapnya masih menyisakan isak.

"Ya sudah, terusin usaha dan doanya. Ibadahnya harus tambah rajin."

"Apa nanti akan dikabulkan kalau Ziza tambah rajin?"

"Insyaallah, 'kan Allah Maha Mengabulkan Doa, yang penting terus semangat dan tidak putus asa. Eh, tapi mentor nulis bunda masa kalau kasih stiker motivasi, isi tulisannya kebalik loh," ucap Bunda sambil memperlihatkan stiker  di grup WA, mencoba mengalihkan kekecewaan anaknya.

"Tetap putus asa dan jangan semangat." Gadis mungil itu membaca tulisan  yang Bunda tunjukkan.

"Kebalik ya?" seru Bunda sambil tertawa.

"Iya, aneh," ucap gadis kecil berambut panjang itu sambil mengerutkan dahinya, berpikir.

"Buat lucu-lucuan agar semangat. Soalnya kadang pusing juga harus nulis setiap hari,"

"Ziza cuma nulis buat ikut lomba aja pusing," balas gadis kecil itu.

"Udah gitu ngambek pula pas gak menang," goda Bunda.

Wajah Azizah kembali keruh. "Kakak pengen menang dan dapat uang, jadi bisa beliin Bunda cincin. Uang di tabungan belum cukup."

Bunda spontan memeluk putrinya. Tak menyangka anandanya itu berusaha keras demi memberikannya hadiah. Sekuat tenaga ditahannya air mata meluncur keluar. Tak ingin aura kesedihan menyelimuti mereka.

"Makasih sayang,  insyaallah nanti akan ada rejeki yang lain," doa Bunda. Yang terpenting, Kakak jangan sedih dan putus asa," ucap wanita itu lagi.

Bunda melepas pelukannya dan tersenyum. Wanita itu kemudian mengingatkan gadis kecil itu dengan Ardan, anak lelaki yang mereka temui di rumah sakit waktu itu. Wanita itu mengungkapkan bahwa Azizah tetap harus bersyukur karena bisa berjalan dan berbicara dengan baik. Banyak hal yang sudah diberikan oleh Allah. Sementara banyak anak lain yang tidak mendapatkan kenikmatan yang sama, tetapi tetap bersyukur kepada Allah. Gadis kecil itu hanya diam mendengarkan semua perkataan bundanya. Wajah gadis itu masih muram, tetapi sudah tidak ada tangis tersisa.

Sejak saat itu, Azizah  meminta ayah membangunkannya di #sepertiga_malam untuk solat tahajud. Ayah yang memang selalu solat malam, setia membangunkan.
Gadis yang senang bermain ice skating itu selalu ingat pesan bunda untuk lebih giat berdoa. Hal tersebut yang  bisa membuat gadis kecil itu mengalahkan kantuk atau rasa malas saat akan beribadah. Gadis penyuka warna hijau itu terus berharap, doa-doanya segera dikabulkan oleh Allah. Namun, adakalanya Azizah  tak mampu membuka mata dan kalah oleh rasa mengantuk. Ayah dan bunda tak pernah memaksa, karena menyadari semua perlu proses.

***
"Bun, boleh Azizah minta uang yang ada di ATM?" tanya gadis manis penyuka greentea itu ketika bunda baru saja ingin beristirahat selepas memasak.

"Uang yang di tabungan Kakak?" tanya Bunda menegaskan.

"Iya." Tatapan mata gadis kecil itu tampak penuh harap.

"Ya boleh dong, itu 'kan uang Kakak, keuntungan penjualan buku," jawab wanita itu sambil menyunggingkan senyum.

"Makasih Bunda." Gadis itu melompat dan memeluk ibunya dengan perasaan bahagia.

Gadis kecil itu meminta sejumlah uang di tabungannya. Dia tak mau memberi tahu kepada bunda untuk apa uang itu. Wanita berkacamata itu juga tak ingin memaksa putrinya memberi tahu. Wanita itu percaya anaknya tak mungkin membeli sesuatu yang tak bermanfaat. Selama ini Azizah selalu terbuka dan ijin jika ingin membeli sesuatu. Untuk sekali ini mungkin ada sesuatu  yang sangat diinginkannya tetapi masih jadi rahasia.

****

Penat sekali hari ini dirasakan bunda. Wanita berpostur pendek itu sejak pagi harus berkejaran dengan waktu, menyelesaikan berbagai tugas. Meski WFH, tetapi terkadang berbagai pekerjaan yang harus diselesaikan membuat wanita itu harus tetap ke kantor. Seperti hari ini.

Sejak pagi hingga sore berkutat di depan laptop dan mengerjakan laporan, membuat  wanita merasa teramat lelah. Saat itu terjadi, saat pulang ke rumah, yang diinginkan hanyalah merebahkan tubuh ke atas kasur. Namun, sore itu setiba di rumah dan selesai membersihkan tubuh, Azizah dan Faiz melarangnya masuk ke kamar. Kedua anaknya mencegah langkah bunda. Suara keduanya heboh sekali, membuat wanita itu bertambah pusing. Kepalanya terasa berdenyut karena lelah dan bising suara kedua anaknya.  Kelelahan membuat wanita itu lepas kendali. Dibentaknya kedua anaknya yang terus melarang masuk kamar. Mendengar bentakan yang terlontar dari bibir bunda, kedua bocah itu terdiam. Melihat kesedihan terpancar di wajah kedua anaknya, rasa sesal menyusup hati bunda.

"Bunda mau tidur sebentar, sakit kepala dengar kalian teriak-teriak," ucap wanita berkacamata itu memohon pengertian.

"Tapi, Bun. Sebentar saja. Tunggu dulu di sini," ucap Azizah memelas.

"Iya, sebentar doang kok, Bun," adiknya menambahkan.

"Ya sudah buruan, bunda capek, mau rebahan." Akhirnya wanita itu pasrah dengan keinginan dua anaknya tersebut.

"Bunda tunggu sini, kalau kami sudah panggil, baru masuk ya," ucap Azizah diiringi anggukan adiknya. Bunda hanya bisa mengangguk pasrah.

Kedua anak kecil itu melompat kegirangan dan segera berlari menuju kamar. Wanita yang telah melahirkan mereka itu  berdiri tepat di depan pintu kamar, menunggu dengan tidak sabar.

Tak lama Faiz keluar kamar dan meminta ibundanya menutup mata. Lelaki kecil itu menuntun ibunya masuk ke kamar. Pasrah, wanita berkacamata itu mengikuti kemauan anaknya. Rasa penasaran menghantui sejak tadi. Apa yang sebenarnya direncanakan Azizah dan Faiz?

Jutaan Cinta dan DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang