Jaehyun menatap kedua orang tuanya bergantian.
Helaan nafas terus saja terdengar darinya.
Bahkan Jibeom yang tidak tahu apa - apa turut terseret dalam masalah ini.
"Kenapa eomma dan appa kemari?", tanya Jaehyun langsung ke intinya.
"Jaehyun~ah.."
Jibeom berusaha mengingatkannya tapi dengan cepat Jaehyun menyuruhnya diam.
"Kami merindukanmu, Jaehyun~ah. Apalagi setelah kau bilang kalau kau sering pergi ke kebun.", jawab ibunya.
Jaehyun memijit keningnya pelan.
"Tidak, maksudku kalian mengirimku ke 'pengasingan' tapi kalian juga datang kemari. Jelaskan maksud dari ini semua.", ia menegaskan.
"Jaehyun~ah, tidak baik bicara begitu pada orang tuamu.", bisik Jibeom.
"Hahaha, tidak apa - apa, nak. Jaehyun biasa seperti itu.", ibu Jaehyun seperti tahu yang dikhawatirkan Jibeom.
"Ah benar. Apakah kau Kim Jibeom? Kau sudah besar sekali sekarang.", tambahnya, "Terakhir kali bertemu, kau masih sangat kecil dan kesana - kemari menggunakan sepeda."
Jibeom mengangguk malu.
"Tunggu, darimana eomma mengenal Jibeom?", tanya Jaehyun.
"Itu tidak penting. Yang kami ingin tahu apakah kau melakukan perjanjian dengan baik atau tidak.", ayahnya menyela.
"Yeobo..", ibu Jaehyun menenangkannya.
"Maksudku aku ingin lihat apakah benar Jaehyun bekerja dengan baik di kebun.", jelas beliau, "Baiklah sudah diputuskan, besok appa akan melihat bagaimana kau bekerja di kebun."
"Appa!", seru Jaehyun tidak terima.
Pasalnya ia memiliki janji dengan Jibeom besok.
"Kita bisa ke sungai lain waktu.", bisik Jibeom di sebelahnya.
Jaehyun menghela nafasnya kesal.
"Baiklah. Tapi tidak usah berharap banyak padaku.", ia mengingatkan.
Kakek Jaehyun yang melihat perdebatan itu berusaha menahan tawanya.
Terlebih saat melihat wajah kebingungan Jibeom disana.
Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini jalan yang terbaik untuk mereka.
Keesokan paginya, ayah Jaehyun benar melakukan apa yang ia katakan kemarin.
Mengikuti putranya menuju ke kebun.
Jujur saja, ia terkejut melihat bagaimana Jaehyunnya bisa bangun pagi dan mengurus diri sebelum berangkat.
Bahkan Jaehyunnya yang pemilih makanan mau menghabiskan makanannya yang hanya selembar roti dan dua buah telur mata sapi.
Jaehyun memang banyak berubah satu bulan ini, meski dirinya sendiri tidak begitu menyadarinya.
[ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ʏᴏᴜ]
"Hmm kurasa ini sudah saatnya membawanya kembali.", kata ayah Jaehyun.
"Kau yakin?"
"Iya, abeoji. Dia sudah cukup belajar disini. Keras kepalanya sudah mulai hilang."
Kakek Jaehyun mengangguk setuju.
"Awalnya kukira dia kemari untuk liburan. Ternyata untuk menjalani hukuman."
"Dia tidak akan mungkin mau berlibur ke pedesaan begini mengingat sifatnya yang keras kepala."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]Without You
أدب الهواةBagaimana jadinya kalau bertemu seseorang di tengah kondisi yang tidak mengenakkan? Seseorang yang selalu saja mengusikmu tiada hentinya tapi juga memperhatikan dan mempedulikanmu. Ini adalah sebuah kisah cinta Bong Jaehyun dan Kim Jibeom. Dua orang...