Marriage Again

Chapter 10 Dana dan Harapanku

Hari ini sungguh aneh, Dana tiba-tiba mengirim pesan cukup panjang dan terus menerus menghubungi ku namun aku tidak mengangkat dan membalas pesannya. Tiba-tiba dia menanyakan siapa laki-laki yang katanya berada dekat denganku tadi siang, yup laki-laki yang dimaksud itu adalah Ekavito.

Aku berpikir akan hal lain, tapi tidak mungkin kan dia seperti itu padaku saat ini, hal itu terus berkeliaran dalam benak ku malam ini setelah kejadian tadi siang.

Pagi hari sebelum kejadian Dana dan Ekavito bertemu.

Pagi ini Vito memberitahu bahwa dia akan mampir ke toko Syakira untuk membeli kerudung buat Ibunya yang akan berulang tahun minggu depan, dia meminta bantuanku namun disaat bersamaan Mita asisten Dana akan mampir ke tokoku juga hari ini rencana ketika jam makan siang.

Akan aku alihkan Vito dan Mita ke Indah dan Sari untuk membantu memilihkan kerudung karena bukan pekerjaan ku untuk hal itu.

Hari ini pembeli di toko Syakira cukup ramai, Alhamdulillah rezeki hari ini sedang lancar semoga seterusnya dalam hatiku.

Tepat pukul 11.00 siang, Vito mampir ke toko awalnya dia menghubungiku via telepon, katanya dia canggung ke toko kerudung seorang diri apalagi dia laki-laki, dengan baik hati aku keluar dari toko dan menemaninya masuk. Aku arahkan Vito bersama Indah, aku hanya menemani berkeliling saja, untuk promosi dan memperkenalkan produk tugas Indah sebagai SPG.

Vito inginnya ditemani oleh diriku, namun apadaya masih ada pekerjaan yang aku kerjakan. Wajahnya sungguh lucu ketika aku tinggal, sungguh canggung katanya. Dengan sopan dan ramah, Indah membantu Vito menanyakan warna favorit, kegiatan ibunya biasanya apa saja itu bisa membantu untuk bahan dan warna apa saja yang bisa dipakai dan cocok.

Tak berselang lama, masuklah ke Toko Syakira itu Mita. Sebelumnya aku sudah menitip pesan kepada Sari atau Indah bahwa akan ada konusmen bernama Mita dan mau membeli kerudung.

Aku diinfokan oleh Sari bahwa Mita ingin bertemu sebentar denganku dan ada hal yang mau di bicarakan. Akhirnya dengan berat hati karena harus meninggalkan pekerjaanku aku menemui Mita. Namun hal lain membuatku terkejut, Mita tidak datang sendiri. Berdiri disampingnya Dana, iya Pradana Winaka, dengan berat hati menghampiri Mita, sesekali Dana sepertinya melihatku namun sesekali juga ia memalingkan wajahnya.

"Halo Mita, maaf ngerepotin nih ganggu kamu kerja yah?" tanya Mita padaku, dengan ku jawab dalam hati, "sungguh sangat mengganggu."

"Oh gak kok gpp, gimana kata Sari ada yang mau disampein sama aku, ada apa?" tanyaku sambil ku ajak duduk di bangku yang tersedia di toko itu.

"Oh gak, nih Pak Dana maksa ingin ikut kesini padahal yang mau beli kerudung aku, maaf yah jadi harus ikut kesini", jelasnya padaku membuatku terdiam tak bereaksi.

"Oh iya gpp, jadi gak ada yang mau diobrolin?" tanyaku memastikan.

"Kalau aku gak ada, kalau Pak Dana kayaknya ada deh, iya kan Pak?" tanyanya melirik Dana membuatnya terlihat gugup.

"Aku bisa tanya-tanya siapa Mba Risa buat kerudungnya, kayaknya aku mau beli banyak deh borong yah, aku liat warnanya bagus-bagus", tanyanya merona ketika melihat warna-warni pada kerudungnya yang tepat ada di hadapannya. Hari itu Mita memakai pakaian kantor formal dengan highheels 5 cm berwarna cream sunggu cantik.

"Bisa ditemani Sari, sebentar aku panggilkan", dengan kecanggungan itu membuatku sedikit berusaha untuk setenang mungkin.

"Sari tolong temenin Mba Mita yah, mau pilih-pilih kerudung katanya", kataku pada Sari. "Oke Mba", jawab Sari singkat.

Setelah Mita pergi, Dana terlihat masih berdiam diri dan duduk di kursi, Mita meninggalkan kami berdua.

"Aku mau lanjutin kerjaan dulu yah, aku tinggal yahh!", kataku pada Dana. Tanpa menunggu jawaban Dana, aku langsung berdiri dan hendak meninggalkan Dana, namun Dana tiba-tiba memegang tanganku dan berkata untuk tidak pergi.