Chapter 24 Pertanda Baik

57 9 0
                                    

Hari itu setelah wawancaraku, aku dihubungi mama Nita, dia mendadak datang ke Bandung selain karena rindu diapun mendapat kabar bahwa Dana sakit jadi sekalian saja menjenguk. Karena baterai ponselnya habis dan ponsel Dana tidak dapat dihubungi jadi dia menghubungiku, untung saja aku sedang tidak di rumah jadi aku bisa menjemput mama.

Situasi di rumah Dana

Mama mengecek setiap sudut terutama dapur, karena terlihat sangat berantakan, tentu saja seorang laki-laki yang mungkin sibuk bekerja mungkin tidak sempet untuk membereskan pekerjaan rumahnya.

Aku malah disuruh untuk ngecek Dana di kamarnya, hal itu membuatku bingung dan ragu untuk masuk. Namun karena tidak ada niatan buruk kenapa tidak.

Ketika aku masuk kamarnya sangatlah berantakan, tempat tidurnya tak tertata rapi. Tapi Dana tidak ada di tempat tidurnya, mungkinkah dia terjatuh dari tempat tidur lalu tertidur di lantai, karena terlihat sebagian selimutnya mengarah kebawah samping tempat tidur seolah akan jatuh. Lalu aku mencoba menghampiri namun ternyata tidak ada siapa-siapa.

Dengan mataku yang masih berkeliling sekitar kamar sambil melihat beberapa perlatan yang ada di kamarnya, aku berteriak dari dalam kamar.

"MA, DANA nya GAK ADA DI KAMAR!" teriaku dari dalam kamar.

Lalu ketika hendak keluar kamar Dana aku berpapasan dengan laki-laki yang dari tadi di cari dan dia hanya memakai handuk saja bagian atas tubuhnya terlihat, dengan refleks aku berteriak.

"Arkkkkkkk," hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

"Ih apaan sih, lagi ngapain dikamarku?" jawabnya santai, aku langsung membalikan badanku agar tidak melihat tubuhnya.

"Tadi mama suruh liatin di kamar katanya sakit, aku mau cek tapi gak ada," jawabku pelan.

Aku berjalan minggir sambil meraba dinding untuk aku keluar. Lalu tiba-tiba pergelangan tanganku tertahan oleh sebuah tangan yang tiba-tiba memegang lenganku seolah menahan pergi dari sana.

"Mau kemana?" tanya Dana, sungguh itu pertanyaan bodoh bukan.

"Mau keluar lah, mau ke mama," jawabku keras.

"Kamu ngapain di sini, sama mama kesini?" tanyanya.

"Ia lah sama mama, kalau sendiri kan gak mungkin aku kesini," jawabku. "Emang gak bisa di lepas dulu yah tanganku?" tanyaku segera mencoba melonggarkan pegangan Dana namun tak dapat terlepas.

"Gak bisa, gak bisa nungguin aku ganti baju emang?" tanyanya sungguh aneh.

"Apaan sih, aneh banget, udah sana ganti baju dulu?" jawabku.

"Aku mau nanya sesuatu sama kamu?" tanyanya membuatku ingin menoleh namun tertahan karena apa yang dipakai Dana belum layak untuk dilihat.

"Apa, aku juga mau nanya sesuatu sama kamu, please pake baju dulu, nanti aja ngobrolnya, kalau handuknya jatuh gimana, bahaya," jawabku, dan situasi saat itu membuat wajahku memanas, mungkin karena malu atau hal lain.

"Kamu gak langsung pulang kan?" tanyanya. "Enggak," jawabku singkat.

"Yah kalau handuknya lepas gak apa-apa lah, iya kan?" tanyanya mengejek.

"Apaan sih, lepasin ah aku mau bantu mama," sontak tanganku terlepas dari pegangan Dana dan dengan segera berjalan mengarah ke tempat mama Nita berada.

Sungguh moment beberapa detik lalu membuat jantungku sedikit berdetak sangat cepat.

Aku dan mama sedang memasak, katanya tadi ketika di jalan minta untuk mampir ke supermarket dulu untuk membeli bahan makanan karen mama lapar, dan pasti dirumah Dana tidak ada sesuatu yang bisa di masakan selain mie instan dan telur.

Marriage AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang