Chapter 6 Pilihan lain Selain Dana

70 8 0
                                    


Setelah berpikir semalaman, karena rasa hormatku pada mama. Aku mencoba untuk menghubungi Dana via telepon berharap tidak diangat karena aku sangat, sangat tidak mau mendengar suaranya.

Namun, ternyata tidak terduga dalam hitungan beberapa detik dia langsung mengangkat telepon ku.

"Haloo?" terdengar suara di balik telepon, dan aku terdiam tak bersuara. Sekita kaget karena yang mengangkat telepon adalah seorang wanita. Apakah itu Dina tanyaku heran.

"Mba Risa?" tanya suara wanita di balik telepon.

"Mba, Mba?" suara dibalik telepon terdengar memanggil namaku, namun sangat formal. Aku masih terdiam.

"Eh hmm iya, saya Risa", kataku dengan heran. "Iya mba Risa, saya Mita asisten Pak Dana, Pak Dana lagi meeting mba, tapi nanti saya sampaikan kalau Mba Risa telepon yah." Penjelasan seorang wanita bernama Mita itu sedikit melegakanku, dengan tanpa alasan.

"Eh hmm gak usah gak usah, cuman mau sampein tadi Mama nya Dana telepon saya dan minta dihubungi, karena 2 bulan ini gak bisa dihubungi tolong......", belum selesai aku berbicara terpotong oleh suara Mita dan berkata seolah Dana sudah ada disampingnya.

"Pak ini ada telepon dari Mba Risa," aku terkaget ketika mendengar suara Mita memanggil Dana. Dan segera aku tutup telepon tersebut, aku tidak ingin mendengar suara Dana dan berbicara dengannya. Namun ada sesuatu di hati ini yang ingin diketahui, bagaimana kabarnya saat ini.

Beberapa menit setelah kumatikan telepon tersebut, HP ku langsung berbunyi kembali dan tertulis nama DANA.

Aku tidak ingin mendengar suaranya dan berbicara dengannya, namun apa daya tangan bodohku ini malah menggeser dan menandakan bahwa telepon dari Dana aku angkat.

Dengan segera ku letakan ponsel di telingaku dan cepat menyampaikan tujuanku ingin mengubunginya.

"Mama tadi telepon, katanya kamu 2 bulan ini gak bisa dihubungi, mama kahawatir, kalau bisa telepon mama sekarang biar gak khawatir, udah itu aja, makasih. Assalamualaikum", jawabku panjang tanpa jeda, dan segera langsung aku matikan, dan menyimpannya di meja kerjaku.

Dengan rasa yang tidak menentu, aku terdiam di kursi.

Lalu ponsel ku berbunyi kembali namun kali ini menandakan ada pesan masuk.

Dana: "Makasih Ris, udah aku telepon mama, aku sibuk dan sakit 2 bulan ini sempet di rawat di RS jadi belum bisa hubungi mama", kamu apa kabar sekarang Risa?"

Tanpa ku balas, aku hanya membaca pesan dari Dana. Tidak ingin aku melihat pesan tersebut lagi.

Ada rasa penasaran, dan rasa yang tak menentu ketika mendengar suara Dana tadi. Suaranya masih sama dan masing ingat pernah ku kagumi ketika pertama kali bertemu.

Ku geleng-gelangkan kepalaku, apa-apaan sih kenapa aku mikirin Dana lagi. Dana udah jahat dan nyakitin hati Aku dan Ibu. Gak akan aku maafin dia. Kayaknya aku harus buka hati lagi biar ada sosok orang lain yang mengobati hati ku.

Katanya, untuk mengatasai perasaan seperti patah hati, maka obatnya harus dengan sebuah hubungan baru. Namun, di hati terdalam mengatakan bahwa aku belum siap akan itu.

Malam hari sepulang aku dari tempat kerja ku, aku merebahkan diri di tempat tidur. Jam menunjukan pukul 09.00 malam. Setelah tadi sholat isya dan makan malam, menonton Tv di ruang tengah dengan ibu dengan tonton TV yang isinya sinetron yang sedang ramai di sosial media dan beberapa acara dangdut yang sungguh aku tidak paham dimana letak menariknya. Pada akhirnya kami hanya menonton berita saja.

TIba-tiba ponsel ku berbunyi, tanpa berpikir panjang dan bodohnya aku tidak melihat siapa nama yang tertera di sana aku menggeser warna hijau yang menandakan bahwa telepon tersebut terangkat. Karena rasa kantuk dan malas yang besar.

Marriage AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang