Chapter 3 Kembalinya Dana dan Masa Lalu

77 9 1
                                    

Hari itu Sabtu dan aku mengikuti keinginan Ekavito untuk membantu, karena Rabu kemarin dia merengek untuk meminta membantu Creativity karena mendadak orang yang biasa menjaga stand Dessert tidak jadi ikut karena mendadak sakit DBD dan tidak memungkinkan untuk sembuh cepat.

Aku berencana tidak ikut Creativity minggu ini, "Ris, tolong dong plisss bantuin minggu ini ditambahin deh duitnya dari gaji aku gpp deh", rengek Ekavito di telepon malam itu jam menunjukan pukul 08.00. "Bener yah tambahin, kalau ditambahin gpp deh Sabtu aku buat kamu", pintaku tergiur dengan bonus tambahan dari Ekavito jika bersedia membantu Creativity kali ini.

Hari ini aku sudah berpakaian rapi, kemeja putih berlengan panjang namun tidak begitu ketat dengan celana bahan yang sedikit longgar namun tetap nyaman, ditambah dengan Flatshoes hitam Favoritku.

"Ekavito kurang asem nihh" gerutuku pagi itu ketika sampai di stand dessert yang diarahkan Ekavito.

"Kok gak bilang sih kalau pake baju gituan?" menunjuk pakaian di ruang ganti yang harus aku pakai. Tidak seperti biasanya, walaupun aku membantu di bagian beberapa stand biasanya pakaianku tidak masalah kemeja putih dan celana bahan hitam.

Hari ini berbeda, agar senada, pengantin menginginkan agar staff stand semua makanan memakai seragam agar terlihat rapi. Pakaian chef berwarna merah muda dengan apron merah muda tak kalah mencolok dari warna-warni dessert yang akan di sediakan hari ini.

"Sorry Ris, lupa bilang kemarin?" tangan kanan kirinya Ekavito menyatu seolah meminta maaf. "Cantik kok baju chefnya, cocok gak norak", jawaban ekavito mendadak membuatku kesal. "Nanti abis beres wedding hari ini di traktir pizza deh yah, lagi ada promo tuh buy 1 get 1", seketika kesal ku pada Ekavito memudar hanya di iming-imingi pizza.

"Ih asli gampang banget bikin kamu gak marah lagi Ris, kalau gak duit, yahh makanan!", Timpal Ekavito sembari menyodorkan pakaian Chef berwarna merah muda itu kepadaku. "Duit dan makanan, itu mah beda cerita ada harganya dong," "Ya udah aku pake deh", stand nya hari ini 500 aja kan yah jam 2 siang beres kali yah?" tanyaku pada Ekavito.

"Beres sih jam 3 kayaknya, ribet sih nik maklum orang kaya, gak liat tuh dari tadi keluarga cewek sama cowok nya bajunya samaan semua. Kebayang berapa duit buat baju doang.

Tamu-tamu hari ini cukup tertata tidak berebut meminta makanan, mengantri dengan sangat rapi dan teratur. Aku pun tidak begitu kewalahan untuk melayani mereka, satu persatu dengan dessert berupa cream pudding dan beberapa mousse cake strawberry, orange dan green tea.

Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang, biasanya jika di jam tersebut tidak begitu banyak antrian. Kakiku sangat pegal sekali dari jam 09.00 pagi sudah berdiri dan aku ijin bergiliran kepada Mba Lia penjaga stand jus buah di samping stand ku. Aku ijin ke kamar mandi dan sholat Dhuhur sambil bersitirahat selama 10 menit.

Tak kuduga dari puluhan orang yang hadir ke pernikahan hari ini kenapa harus muncul sesosok lelaki yang sangat aku tidak ingin lihat wajahnya.

Ku lihat sesosok lelaki yang dari postur tubuhnya sangat ku kenal, sekitar 5 orang dari stand ku lihat jelas. Mendadak aku tegang dan takut, aku tidak ingin bertemu dengan nya. Terlihat pakaian yang dikenakan setelan Jas longgar hitam menutupi kaos polos berwarna cream. Terlihat baik-baik saja. Waktunya bertepatan dengan waktuku ijin selama 10 menit. Aku berharap semoga dalam 10 menit, ketika aku kembali lelaki itu sudah tidak ada di tempat ini.

Segera ku percepat langkahku untuk keluar dari acara itu. Berharap 10 menit waktu yang sangat cukup.

Istirahatku sangat tidak tenang, takut dan sakit bersamaan dalam hati muncul setelah ku lihat sesosok laki-laki itu. Iya betul, lelaki itu bernama Dana, Pradana Winaka, mantan suamiku. Kenapa harus hari ini dan di acara pernikahan ini dia muncul. Aku sangat tidak ingin bertemu dengannya bahkan tidak akan pernah mau untuk bertemu lagi.

Marriage AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang