Chapter 8 Statusku itu Janda

53 8 2
                                    

Tak pernah ada niatan untuk aku bercerita pada siapapun akan statusku sebagai seorang Janda. Banyak pandangan orang akan status tersebut dipandang buruk. Itulah pemikiranku saat ini.

Seorang wanita yang sudah pernah menikah dan sudah tidak suci lagi, walaupun pada kenyataanya diriku masih suci dan belum ternodai oleh suamiku Dana, tepatnya mantan suami. Dia tidak pernah menyentuhku sedikitpun karena dia sangat mencintai Dina waktu itu.

Beberapa bulan ini aku sudah menjadi wanita yang lebih baik dan mandiri dengan pekerjaanku saat ini, dan situasi hatiku saat ini sudah damai dan perlahan sudah melupakan masa lalu ku.

Hari ini, tepatnya tadi pagi ketika aku akan pergi bekerja tiba-tiba sebuah panggilan masuk pada ponselku. Tertulis nama "Dana" di sana, aku tidak berniat mengangkatnya. Namun tidak hanya satu kali Dana menghubungi bahkan sampai 3x lebih dia terus saja menghubungi ku, pagi itu aku sedang bersiap-siap ke kantor. Sudah aku coba untuk merubah tampilan ponselku menjadi silent, namun tetap saja dia tidak berhenti.

"Apakah dia gak tau kalau perempuan ketika mau bekerja itu butuh waktu lama untuk siap-siap, kenapa dia ganggu aja sih?" gerutuku sambil dengan memperbaiki kerudung pashmina berwarna merah maroon hari itu.

Dengan cepat untuk menghentikan panggilan Dana, aku akhirnya mengangkatnya.

"Kenapa sih, masih pagi udah ganggu?", "Ada perlu apa sih?" omelku pada Dana yang masih terdiam di balik ponselnya.

"Akhirnya Ris diangkat juga teleponku", kalimat pertama Dana yang keluar dari mulutnya ketika ku angkat telepponnya. "Sampe sepuluh kali aku bakal telepon terus sampe diangkat Ris"

"Ada perlu apa sih, cepetan aku mau pergi kerja?", kataku bernada keras.

"Aku mau jemput kamu yah, aku anter ke tempat kerjanya, masih sakit gak kakinya?" tanya nya padaku.

"Udah sembuh dari 2 hari lalu, gak usah jemput atau apalah, aku bisa sendiri kok kan ada motor", jawabku ketus.

"Tapi aku udah di depan rumah Ris, aku nunggu dari 30 menit yang lalu", jawaban Dana di balik telepon membuatku kaget.

"APA?" tanyaku kaget.

Aku bergegas keluar kamar, aku lihat ibu ada di dapur sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk ku. Ku berjalan berjinjit seolah-olah aku ini pencuri bahkan dirumahku sendiri. Aku mengintip di balik gorden jendela ku, ku lihat ada sebuah mobil Nissan berwarna hitam tepat di depan rumahku. Ku masih mengintip dibaik jendelku dan bergumam akan apa yang dilakukan Dana.

"Kamu ngapain sih, udah sana pergi aja aku pergi sendiri pake motor kok gak usah di anter-anter segala!" jawabku cepat sambil kembali ke kamar.

"Aku gak mau yah ibu liat kamu," jawabku sambil ku masukan beberapa barang penting kedalam tas kerja ku.

"Aku mau anter kamu ke tempat kerja pokonya, motor kamu biarin aja istirahat dulu siapa tau dia masih sakit dari kecelakaan kemarin", katanya semakin beralasan.

"Apa sih gak jelas, udah pergi sana aku masih lama baru beres mandi ini juga", usirku masih dengan ponselku yang terus menempel di telingaku.

"Aku tungguin kok, atau aku masuk ketemu Ibu yah sekalian silaturahmi dan minta maaf juga?" perkataan Dana membuatku kaget. "Apa sih, gak usah gak usah, jangan macem-macem yah, aku gak mau Ibu liat kamu."

"Ya udh makanya aku anter aja ke tempat kerjanya, kita berangkat 15 menit lagi yah, kayaknya kamu udah siap deh, kamu kerja jam 09.00, sekarang udah jam 08.15, kamu gak mungikin baru beres mandi, aku tahu kamu udah rapi sekarang", perkataan Dana semakin membuatku kesal.

Marriage AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang