Pelabuhan Rasa

7 1 0
                                    

"Gue yakin lu gak berhenti disini, ya kan? Siapa cewek berikut yang lu deketin?" tanya Ilham.

"Itu pasti, Thomas Alva Edison juga gak langsung berhasil membuat lampu yang dapat menyala seperti sekarang. Masa gue berhenti cuman alami beberapa kegagalan yang masih kehitung jari aja? Gue lanjut." jawabku.

Nadia, biasa dipanggil "Nanad"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadia, biasa dipanggil "Nanad". Sekretaris OSIS waktu itu. Dia jago public speaking dalam bahasa indo juga inggris. Gue ngerasa kagum. Yaudah gue mulai beraksi.

Langkah pertama, gue mulai deketin OSIS-nya. Pas muncul respect dari OSIS, otomatis si Nanad juga mulai respect. Kebetulan waktu itu, OSIS lagi banyak hatersnya kan.

Suatu hari, kalo gak salah hari Rabu, si Nanad pergi ke kantin sendirian. Nah, kebetulan gue juga mau ke kantin.

Gue sapa lah dia, "Hei, Nad!"

"Hei!" sautnya.

"Mau ke kantin?" basa-basi ku yang terlalu basi.

"Iya, nih. Kamu ke kantin juga?" tanya balik.

"Iya, bareng?" tanyaku.

"Ayok." jawabnya sambil tersenyum.

Sehabis balik ke kelas, gue curhatlah sama si Sani, temen kelas. Dia juga OSIS ketambah temen deketnya Nanad. Gue ceritain ke dia kalo gue suka sama Nanad.

Sehabis cerita, Sani bilang ke gue,
"Yo, gue cuman mau bilang kalo semisal beneran suka. Ya lu harus bersiap nyingkiran pulahan cowok di sekolah ini deh khususnya. Lu juga tau kan yang suka sama dia tuh banyak. Terus perihal sikapnya, emang ke semua orang juga si Nanad gitu. Jadi jangan baper dulu, takutnya lu jadi baper sendirian kesananya."

Si Sani gak selesai sampe situ dia juga nyebutin yang lagi ngedeketin si Nanad. Dari mulai si A, si B, sampe Z. Anjir, belum juga tempur gue udah keserang mental.

Gue cuman "Oh, gitu ya. Makasih ya, San."

Nyali gue menciut, perlahan layar kapal terkembang, kapal pun mulai bersiar lagi dari pelabuhan rasa itu. Gue menjelajah lagi untuk mencari pelabuhan yang lain.

_____

Seseorang pernah berkata, "Si cantik bukan milik si tampan, melainkan milik si pemberani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seseorang pernah berkata, "Si cantik bukan milik si tampan, melainkan milik si pemberani." Benar namun belum selesai, seharusnya "Si pemberani yang sudah mengenali medan tempurnya."

RealitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang