"Jika pada akhirnya makhluk hidup akan pergi. Lalu mengapa Tuhan menciptakan alam semesta dan menghadirkan manusia di bumi?"
Selalu itu yang ia tanyakan dalam sunyi. Namun tak pernah mendapat jawaban yang tepat sampai saat ini.
Rasanya ingin hilang atau bahkan tak hadir sekalian di bumi. Jika pada akhirnya, orang-orang yang disayangnya lebih cepat pergi meninggalkan ia di sini.
Kemudian hujan ... sepertinya selalu mengerti, kapan ia harus turun ke bumi dan kapan ia harus menahan diri. Entah karena naluri atau ia memang sengaja turun ke bumi untuk menemani salah satu makhluk Tuhan yang tengah menangis di pusara orang terkasih.
Sudah dua jam tepatnya ia di sini. Memandang sendu dua nisan yang diam membisu. Ingin rasanya mendapat obrolan timbal balik, namun yang didapat selalu angin lalu.
Senyum ia tampilkan sebagai pengganti pilu. Lalu memejamkan mata untuk menyampaikan rindu. Semoga tersampaikan meski kecil kemungkinan, ia tahu.
Rintik hujan sudah tak terasa. Mungkin berhenti karena tugasnya menyamarkan kesedihan sudah selesai.
Pejaman mata ia buka. Ternyata, bukan hujannya yang berhenti. Melainkan, seseorang melindungi ia dari rintik hujan dengan payung di tangannya saat ini.
"Jangan pernah merasa sendiri. Ada aku di sini." Kalimat penenang yang cukup menyejukkan hati.
♡♡♡
Singkat, padat, semoga jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ein MOMENT
Teen Fiction"Takdir manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Manusia hanya bisa berencana, berbagai cara antisipasi apapun yang dilakukan, jika Tuhan memang sudah berkata untuk pulang, aku bisa apa? Jadi, berhentilah untuk terus memaksa aku dan kau menjadi kita."...