Lembar 13

119 18 4
                                    

For you guys yang malming hanya berdiam diri di rumah, better aku temani dengan update chapter baru.

:)

Enjoy!

«☆Ein Moment☆»

Vero tidak mengantar Jiselle pulang. Gadis itu merengek untuk tidak pulang ke rumah sekarang. Katanya, ingin menghirup udara segar dulu. Padahal yang ia tahu ... udara di jakarta tidak begitu bagus. Terlalu banyak polusi. Lalu udara segar apa yang Jiselle maksud?

Gadis itu masih asik dengan dunianya. Sedari tadi ia hanya diam, duduk dengan tenang di jok belakang, menikmati pemandangan dari sudut pandang pengendara motor.

"Jadi seperti ini rasanya."

Jika Vero tidak salah dengar, tadi Jiselle mengatakan ini adalah yang pertama untuknya. Sebelumnya ia belum pernah naik motor atau bahkan sekedar dibonceng seperti ini oleh seseorang. Vero adalah orang pertama yang mau mengajaknya naik motor.

"Ternyata naik motor tidak seburuk yang aku kira. Ini justru sangat menyenangkan. Aku suka!"

Mendengar itu, Vero mengulum senyum dibalik helm full face nya. Kalau saja Jiselle tahu ini bukan yang pertama, melainkan yang kedua untuknya. Bedanya, saat itu Jiselle tidak sadar.

Bingung dengan arah tujuan tidak jelas. Vero berinisiatif bertanya. "Kau lapar tidak?"

"Kau lapar?" Jiselle malah bertanya balik. Anggukan kepala Vero ia ambil sebagai tanggapan. "Ya sudah, ayo cari makan."

"Kau mau makan apa?"

"Terserah kau saja."

"Yakin?"

"Iya, apapun yang menurutmu enak, aku menurut saja."

"Baiklah, jangan menyesal."

Dilajukannya motor dengan kecepatan tinggi. Jiselle yang belum siap, terkejut bukan main dan langsung mengeratkan pegangan di perut rata lelaki irit bicara yang sudah tidak irit lagi.

Tak butuh waktu lama, Vero sudah menepikan motornya. Ia berhenti di depan warung bakso langganannya.

Melihat Jiselle diam saja, ia berujar. "Kau tidak turun? Kita sudah sampai." Melepas helm full face nya.

Jiselle tersadar. "Ah iya." Lalu turun dari motor. Mencoba membuka helm tapi tidak bisa.

"Mengapa susah sekali, sih!"

Tanpa diminta, Vero kini membantunya. Jiselle diam saja, sedikit menahan senyum dengan sikap manis yang sedari tadi Vero berikan.

For your information, Vero sengaja membeli helm baru untuk Jiselle, tadi.

Dia benar-benar bersikap manis untuk seharian ini.

Lelaki jangkung itu sudah lebih dulu jalan, merasa ada yang tertinggal, ia berbalik. "Kau masih mau berdiam di situ?"

Jiselle merenung, masih terdiam. Ada sedikit keraguan. "Kau yakin kita makan di sini?"

Vero tersenyum remeh, ia tahu ... Jiselle adalah tipikal orang kaya yang selalu makan di restoran mewah. Pasti aneh rasanya ia ajak makan di sini. "Aku sudah yakin kau pasti akan bertanya seperti itu. Kenapa? Kau belum pernah makan di pinggir jalan?"

Walau malu untuk mengakui, Jiselle mengangguk. Ada ekspresi yang Jiselle kurang suka, Vero seperti meremehkan. Lalu dengan lantang ia berkata. "Tapi aku bisa kok makan di sini. It's ok. Aku sudah mengatakan tadi padamu kan, jika menurutmu enak, aku menurut saja."

ein MOMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang