Lembar 21

102 15 4
                                    

   
"Let me live a little longer."Jiselle

«e i n m o m e n t»

             Tekukkan di wajah Vero membuat Jiselle ikut mengerutkan kening.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Ban nya."

Mendengar itu, Jiselle mengikuti arah pandang Vero. Ia terkejut.

Tahu apa yang membuat Jiselle terkejut? Kedua ban motor Vero bocor. "Mengapa bisa bocor?"

"Look carefully," titahnya.

Meski sempat tak mengerti mengapa Vero menyuruhnya melihat dengan hati-hati pada ban motor itu. Ia kembali terkejut dan membulatkan mata. "Siapa yang dengan tega melakukan ini? Ini pasti disengaja, 'kan?"

Vero menatap sekitar, mengedarkan pandangannya ke sekeliling arah. Siapa bajingan yang sudah berani merobek ban motornya seperti ini?!

Apa motifnya?

Sialan!

Tangannya sudah erat mengepal. Ia tidak akan biarkan. Awas saja! Jika sampai ketemu pelakunya, Vero tidak akan tinggal diam.

Helaan lolos keluar, ia berdecak. "Lalu sekarang bagaimana?"

Jiselle tersenyum. "Jangan khawatir. Tuh." Mengedikkan dagu pada Pak Dinu yang selalu setia menunggu. "Pakai mobilku saja," imbuhnya, berusul.

❤❤❤

Prang!

Sebuah pisau dilemparkan sembarang.

Sialan!

Sia-sia saja ia merobek ban itu secara brutal. Niatnya menghentikan Vero dan Jiselle jalan berdua gagal total.

❤❤❤

"Kau mau aku traktir makan apa?"

Jiselle menimang. "Mm ... ter—"

"Jangan terserah," potongnya. Vero tahu, Jiselle pasti akan mengatakan itu. "Kali ini, kau bebas memilih. Makan di tempat kesukaanmu juga boleh."

"Kau yang akan traktir aku makan. Itu tandanya, kau yang harus menentukan di mana kita akan makan."

Vero terkekeh. "Iya. Tapi aku tidak punya tempat favorit selain bakso langgananku. Kau sudah pernah aku ajak ke sana. Masa aku mengajakmu makan bakso lagi."

"It's ok. Aku tidak masalah jika kau mengajakku makan bakso lagi."

Walau selepas makan bakso jantungnya berdenyut hebat. Jiselle tidak masalah asal itu bersama Vero.

"Tidak. Kali ini aku ingin mengajakmu makan di restaurant. Cepat katakan restaurant favoritmu."

"Kau yakin?"

"Of course. Kau bebas memilih restaurant manapun. Don't worry. Dompetku tidak setipis itu." Vero berujar meyakinkan.

Jiselle terkekeh. Bukan maksudnya meragukan atau bahkan meremehkan. Tentu lelaki beriris coklat di sampingnya ini mampu, makanya ia menawarkan. Vero tidak akan menawarkan jika dirinya tidak mampu, Jiselle tahu.

ein MOMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang