BAB - 47. Menyerah?

84 23 15
                                    

Bunyi ketukan pensil yang beradu dengan meja sesekali terdengar di ruangan yang hening. Tidak ada suara yang bising yang biasa dibuat oleh para murid kelas kali ini. Mata tajam bak elang mengawasi setiap sudut ruangan. Mengedar bagai kamera pengawas yang merekam setiap pergerakan. Satu pergerakan mencurigakan saja bisa membuat sebuah bunyi robekan kertas yang terdengar mengerikan.

Ujian kali ini bagai mimpi buruk untuk murid kelas sepuluh IPA - 1. Guru pengawas yang satu itu tidak terkalahkan memang. Ancamannya benar benar akan ia lakukan. Pasrah sudah, mungkin ujian kali ini kelas mereka akan memperoleh nilai matematika terburuk.

Flo, bahkan ia sudah yakin akan materi yang ia kuasai semalam. Tapi tetap saja, sebagian banyak soal tidak ada dalam materi yang ia baca kemarin. Untuk saat ini, gadis itu tampak kesulitan membuat teman-temannya hanya bisa berpasrah diri sebab melihat murid andalan mereka saja sudah dibasahi keringat dingin.

Saat saat menegangkan akhirnya berlalu, ditandai dengan bel yang sudah berbunyi. Semua siswa menghela napas lega. Setelah seluruh kertas ujian dikumpulkan, dan pengawas sudah meninggalkan ruangan diikuti oleh para murid yang berhamburan keluar kelas.

"Anjir gila, baru kali ini gue ga bisa nyontek. Emang bener bener ya! Pinter banget milih pengawas mana pas pelajaran yang susah," celoteh Nela.

"Mengcape," ucap Flo menyangga dagunya dengan kedua tangan.

"Depersot gue, ga lagi lagi deh, pasrah udah," keluh Nella.

"Heh Rissa, mental lo masih aman apa? Diem diem aja gue liat," celetuk Nella.

Rissa menatap Nella sekilas. "B aja," balasnya singkat.

"Lo kenapa Riss? Sakit?" Giliran Flo bertanya.

"Lo kali yang sakit," jawab Rissa ketus.

"Udah Flo, ni anak satu emang ngeselin kadang. Kalo nggak efek ujian tadi, diemin aja ntar juga bener sendiri," Rissa memutar bola matanya malas.

"Gue haus nih, es campur enak kali ye," ucap Nella berniat mengajak kedua sahabatnya membeli minum.

"Yaudah ayo, gue juga haus parah," sahut Flo setuju.

Keduanya berdiri dari kursi mereka, tapi langkah mereka tertahan dan menoleh ke arah Rissa yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Woi ngapain masih disitu? Lo nggak mau ikut?" Tanya Nella.

Rissa menggeleng tanpa menoleh, "Nggak, males," jawabnya.

Nella mengedikkan bahunya acuh, "Yaudah serah lo,"

Nella dan Flo memutuskan pergi tanpa Rissa. Sembari berjalan menuju kantin, Flo tampak tengah memikirkan sesuatu dan Nella menyadarinya.

"Napa nih? Anska lagi?" Cetus Nella menyenggol lengan Flo.

"Apasih Nell, nggak," elak Flo.

"Terus mikirin apaan? Utang?"

"Dih lo kali yang banyak utang!" Kesal Flo sedangkan Nella tertawa.

"Gue ngerasa aneh sama si Rissa, kenapa tiba tiba-tiba jadi annoying gitu sih," ungkap Flo.

"Alah nggak usah dipikirin itu mah, tu anak emang suka gitu, paling juga masalah cowok," jelas Nella santai.

"Hm bisa juga sih," Nella mengangguk lalu keduanya melanjutkan jalannya menuju ke kantin dengan diiringi beberapa candaan.

Saat di tengah perjalanan, langkah keduanya terhenti saat melihat seseorang berjalan menghampiri mereka. Flo tersenyum saat namanya dipanggil oleh orang tersebut.

Frozen Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang