BAB - 30. Tugas (OSIS)

113 55 36
                                    

Sejak pertemuan Flo dengan Anska kemarin, kedua manusia itu sama sekali tak bertegur sapa, padahal keduanya sudah bertemu beberapa kali. Entah karena enggan, malu, atau bahkan gengsi, entah apa yang membuat mereka sama sekali tak ingin berinteraksi.

Baik Flo, maupun Anska, keadaan mereka sekarang tak ada bedanya saat Anska menghilang, tak ada perubahan dalam hal apapun, hanya saja, rindu akan kembali menyelusup kedalam celah hati Flo saat ia harus kembali kehilangan Anska.

Rumit memang, tapi itu yang terjadi.

Dan jika sudah seperti ini, apa bisa rasa rindu terbalaskan hanya dengan bertatap mata? Atau paling tidak sekedar saling melempar sapa? Tak ada yang tahu apa yang sedang mereka rasakan.

Senyum yang beriringan dengan air mata menutup pelepasan rindu Flo kemarin. Setelah ia membuka matanya, tak ia temukan lagi sosok Anska didepannya, ia sempat tak percaya dan beranggapan bahwa semua itu hanyalah mimpi, tapi semua terjawab saat ia bertemu Anska di koridor sekolah pada jam pulang kemarin.

Semua nyata, hanya saja perasaan Flo yang mulai terasa semu.

Kemana ia akan mengarahkan dan mengendalikan perasaannya yang mulai menggila.

Setelah Anska pergi dari hadapannya kemarin, Flo tidak jadi untuk melanjutkan jalannya ke ruang OSIS untuk mendaftarkan diri. Untung saja Rangga mau membantunya dan mendaftarkan namanya.

Bunyi ketukan sepatu terdengar nyaring disepanjang lorong sekolah. Langkah demi langkah ia ambil untuk sampai pada tujuannya. Flo sedang malas memenuhi panggilan dari sebuah organisasi yang baru saja ia ikuti, alhasil dengan setengah niat ia memaksakan diri untuk memenuhi panggilan yang ditujukan pada seluruh anggota OSIS.

Jika ia menolak kali ini, sudah dipastikan Rangga akan memarahinya. Alasan ia tak ingin ke ruang OSIS adalah, ia pasti akan bertemu dengan sosok Anska, dan ia yakin, suasana akan menjadi sangat canggung. Dan Flo tidak menyukai itu.

Sampailah Flo di depan pintu sebuah ruangan, ia akan melangkahkan kakinya masuk tetapi sebuah tangan dipundaknya sukses membuat dirinya berhenti dan menoleh.

Didapatinya seorang laki laki yang tengah menautkan kedua alisnya.

"Loh? Kak Arlan? Kok di sini?" Tanya Flo.

"Lah lo juga ngapain disini?" Balik tanya Arlan.

"Ohh, gue ada panggilan OSIS," sahut Flo.

"Lah? Lo OSIS?" Tanya Arlan pada Flo, sedangkan gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.

"Sejak kapan?"

"Sejak kemarin,"

"Kok bisa?"

Flo berdecak sebal, "Ck, ya bisa lah, terus lo ngapain disini?"

"Wah parah, lo sekolah disini hampir satu tahun dan lo ga tau siapa gue?" Ucap Arlan terdengar dramatis.

"Dih nggak, emang lo siapa?"

"Jadi lo bener bener nggak tau kakak OSIS yang ganteng ini?" Tanya Arlan sambil menaik turunkan alisnya.

"Dih najis! Jadi lo OSIS? Kok gue baru tau?"

Frozen Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang