BAB - 04. Saingan?

360 205 189
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Flo. Hari ini yang ia lakukan hanya berdiam diri di kamarnya tanpa mau keluar untuk sekedar mengisi perut.

Bahkan Gana dan Yana, mamanya sudah berulang kali membujuk Flo agar mau makan, tapi Flo tetaplah Flo yang keras kepala. Mereka juga bingung sebenarnya apa yang terjadi pada Flo.

"Flo, yakin ga mau keluar?" Tanya seseorang dari luar.

Suara berat dari seseorang itu berhasil membuat Flo luluh, dengan segera Flo langsung membuka pintu. Matanya berbinar melihat sosok di depannya yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Papa?!" Teriaknya senang.

Tanpa aba-aba Flo langsung memeluk tubuh laki-laki paruh baya yang tidak lain adalah Roland, papanya hingga sedikit terhuyung ke belakang.

"Iya Asya ini papa," kata Roland membalas pelukan putrinya.

Roland memang suka memanggil Flo dengan nama 'Asya' dari nama Flo 'Anatasya'. Entahlah menurut Roland itu sebuah panggilan kesayangan, yang hanya boleh digunakan oleh orang yang Roland percaya untuk menggantikannya menjaga putrinya itu kelak.

"Papa kenapa pulang ga ngabarin Asya?" Tanya Flo dengan nada kecewa.

"Maafin papa Asya, niatnya sih mau ngasih kejutan, ehh pas pulang kamunya ngurung diri di kamar. Kenapa Asya? Ada masalah?" Tanya Roland membuat Flo bungkam.

"Gapapa kok, Asya gapapa," ucap Flo meyakinkan Roland agar tidak khawatir padanya.

"Yaudah, kita makan malam bareng ya?" Ajak Roland sambil mengelus sayang kepala putri bungsunya itu.

"Iya pa, tapi Asya mau disuapin papa," pinta Flo kepada roland.

"Ihh manja ya anak papa," jawab Roland terkekeh melihat putri kecilnya yang sudah beranjak dewasa tapi sifatnya masih kekanak kanakkan.

Flo tersenyum menyambut kedatangan papanya. Dia sangat merindukan pahlawannya itu, dan hal ini membuat suasana hati Flo membaik.

Keduanya turun dan berjalan menuju meja makan yang sudah terdapat Yana dan Gana di sana tengah duduk menunggu Flo dari tadi. Semua saling melempar senyum. Keluarga ini sangat harmonis.

***

"Gue udah bikin dia lemah," ucap sosok laki-laki pada lawan bicaranya.

"Bagus, kamu memang bisa diandalkan," jawab seorang perempuan dengan seringainya.

"Gue bakal lakuin semua sesuai perintah, karena gue juga mau dia hancur," ucap sosok itu lagi.

"Bagus kita akan secepatnya mendapatkan apa yang seharusnya kita miliki secara total," ucap perempuan itu.

"Gue udah bosan berakting dan gue mau semuanya jadi milik gue,"

"Semua akan segera terjadi nak, kamu hanya perlu melakukan semua sesuai rencana," ucap perempuan itu lagi.

"Terus? Gimana nasib perempuan itu?" Tanya laki-laki tadi.

"Dia aman, jangan sampai seorang pun mengetahui keberadaannya, karena jika dia ditemukan, semua akan hangus sia-sia,"

"Semua rencana yang kita susun dari beberapa tahun yang lalu hingga mengorbankan anak tidak berdosa akan gagal begitu saja," imbuh perempuan itu lagi disertai tawa jahat menggema ke seluruh ruangan.

"Oke, gue akan perketat penjagaannya," ucap lelaki itu disertai smirk andalannya.

"Bagus," puji sosok perempuan itu.

"Kita liat permainannya, apakah lo mampu buat lawan gue dan terus merasakan sakit, Anskara Zhafraelas?" Ucapnya lalu berlalu pergi meninggalkan wanita yang sudah kembali tertawa jahat di dalam ruangan dengan cahaya remang-remang tersebut.

Frozen Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang