BAB - 13. Question mark

304 187 70
                                    

Arlan terus mengikuti langkah Flo dari belakang,sesekali sudut bibirnya terangkat ketika Flo menoleh kearahnya. Ada perasaan tenang dihati Arlan ketika mata mereka bertemu,mungkin itu penyebab rasa aneh yang kerap kali muncul dihati Arlan saat tengah bersama Flo.

Langkah mereka berhenti disebuah warung yang terdapat dikantin. Flo langsung memesan satu kantong plastik es batu, Arlan hanya geleng geleng kepala melihat interaksi antara Flo dan penjual di warung tersebut.

"Buu mau es batunya seplastik yaa dipecah pecah," ucap Flo.

"Hah? Gimana neng? Mau es teh?" Ulang penjual tersebut.

"Ihhhh nggak, saya pesennya es batu bu. Es batu," tekan Flo.

"Gimana to? Saya nggak paham neng aduhh," bingung penjual tersebut membuat Flo berdecak sebal.

"Es batu aja kok gapaham,"

"Udah bu turutin aja, daripada nanti di makan hidup hidup," bela Arlan membuat Flo menatapnya senang.

"Ohh, i..iya iya saya paham neng tunggu sebentar," kata penjual tersebut seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kita duduk yuk?" Ajak Arlan lalu diangguki oleh Flo.

Mereka duduk dikursi tepat depan warung tadi. Flo menatap penjual yang tengah memecah es batu, ia sudah tidak sabar memasukkan benda beku itu kemulutnya.

"Kenapa lo suka sama es batu?" Tanya Arlan mengalihkan pandangan Flo.

"Ga tau, suka aja, karena es batu itu menenangkan, dingin banget pas masuk kemulut itu rasanya nyesss gitu," jelas Flo seraya terkekeh kecil.

"Dari kapan suka es batu? terus kenapa?" Tanya Arlan mengintrogasi.

"Dari masi kecil banget, waktu itu gue jatuh dari sepeda trus pipi gue bengkak,dan pas udah dikompres es batu sama mama udah deh ga kerasa nyeri lagi, nahh dari situ gue suka sama es batu," imbuh Flo membuat Arlan mengangguk mengerti.

"Unik," ucap Arlan.

"Biasa aja hehe,"

Setelahnya, pesanan Flo datang, ibu penjual tersebut memberikan sekantong plastik es batu yang sudah dipecah pecah, mata Flo berbinar lalu dengan cepat mengambilnya.

"Asikkkkk," pekik Flo senang lalu segera menikmati es batunya.

"Makasih," ucap Arlan pada penjual tersebut lalu tersenyum.

"Sama sama, tapi pacarnya aneh den, masa minta es batu," celetuk penjual tersebut menatap aneh pada Flo.

"Siapa pacarnya siapa?" Sela seseorang tiba tiba.

Flo dan Arlan langsung melihat dua orang yang tiba tiba muncul dengan raut muka yang berbeda.

Pandangan Flo terkunci pada sosok laki laki yang tengah berjalan santai kearahnya.

"Kak Anska?" Gumamnya.

"Gue tanya, siapa yang pacarnya siapa?"

"Apasih lo! Gaje bat dah," jawab Arlan.

"Orang gue tanya, malah emosi!" Ucap Riga tak mau kalah.

"Lo ini yaa gue sama Anska nyariin muter muter seantero sekolah ehhh gataunya malah berduaan sama dedek gemes," sambung Riga.

"Paan?" Tanya Arlan malas.

"Gapapa sih, btw lo belum jawab pertanyaan gue, siapa yang pacaran?" Tanya Riga. Arlan hanya diam menatap Flo.

Beda halnya dengan Flo yang tidak menghiraukan pertanyaan Riga, fokusnya malah tertuju pada Anska yang sedang menatap datar kearah Arlan dan Riga.

"Ohh gamau jawab? Siapa bu? Pacarnya siapa dia?" Tanya Riga beralih menatap penjual yang dari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

Frozen Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang