BAB - 02. Anskara Arya Putra Zhafraelas

433 206 203
                                    

"Woi shaun the sheep! Balikin bakwan gueee!!" Teriak seorang pria sambil mengejar temannya yang sudah berani mengambil makanannya.

"Yailah satu ini pelit amat," tawar pria yang satunya.

"Heh! Asal lo tau ya, bakwan itu adalah gorengan terindah yang pernah hadir di hidup gue," ucapnya alay.

"Ih jijik tolol!" Balas laki-laki tadi.

"Kamu jahat,"

"Ih gemes pen nampol,"

"Ku menangisss," lagaknya dramatis.

"Diem! Berisik lo berdua," sentak seorang pria yang sejak tadi hanya diam.

Suara dingin itu membuat mereka bungkam seketika. Itu adalah suara dari seorang Anskara, yang sudah putus asa menyikapi kedua sahabatnya.

Mereka, sahabat Anskara:

- Arlan Nawara Rademand
Sebenernya sih pendiem tapi kalau udah sama kedua sahabatnya? Kalemnya ilang. Meski begitu, Arlan adalah sahabat Anska yang bisa diandalkan dalam situasi apapun. Cerdas, jenius, teliti, cool, peduli, lemah lembut, tapi kadang sifatnya tak jauh beda dari Anska hingga wajahnya yang juga tampan sama seperti Anska.

- Riga Waefa Taratha
Manusia ter gila yang pernah Anska kenal. Tapi walaupun begitu, persahabatan mereka tentu nggak akan lengkap tanpa anak satu ini. Humoris, receh, random, peka, cerewet, dan yang pasti juga tampan.

"Yailah ga bisa sans lo emang," kesal Arlan menanggapi Anska.

"Eh si abang bisa ngomong ternyata," Perkataan itu lolos dari mulut Riga yang langsung mendapat jitakan dari Anska.

"Lo kira gue bisu?"

"Ya abisnya lo ga pernah ngomong sih," ucap Riga cekikikan.

"Sekalinya ngomong kaya orang kumur kumur, ga jelas!" Sambung Riga yang langsung mendapat bonus jitakan lagi dari Anska.

"Lo diem atau gue nikahin sama bencong di perempatan!" Ancam Anska yang sudah tidak tahan dengan sikap Riga.

"Eh serem amat, iya dah gue diem," pasrah Riga.

Riga memang selalu takut pada pria setengah wanita yang beberapa minggu lalu mereka temui di perempatan jalan dekat sekolah. Lantaran dirinya yang menjadi incaran, sedangkan Arlan dan Anska hanya diam tertawa. Malang sekali nasibnya.

Persahabatan mereka sudah terjalin dari sejak mereka menginjak kelas 3 SD. Dan karena itu mereka sudah biasa akan sifat masing-masing, dan mengetahui betul seputar kehidupan masing-masing. Ya waktu yang cukup lama untuk menjadi sedekat sekarang.

"Ka, lo kapan nyatain perasaan lo ke dia?" Tanya Arlan tiba-tiba.

"Nanti," jawab Anska malas.

"Yahh pengecut lo, udah suka dari lama ga buruan di jedor, diembat orang mampus," balas Riga yang tau arah topik pembicaraan mereka.

"Gue takut ditolak," ucap Anska.

"Buset! Siapa yang mau nolak lo anjir! Emosi gue. Tapi kalo emang iya, yaudah bilang aja prank," usul Riga.

"Prank gundul mu!" Balas Arlan memukul kepala Riga.

"Itu urusan gue," ucap Anska memandang kedua sahabatnya.

"Serah lo deh Ka, gue mah apa yang terbaik buat lo aja," ucap Arlan memberi dukungan.

"Yoi beb unchh makin sayang," kata Riga sambil menoel dagu Anska yang langsung ditepis oleh empunya.

"Jijik Ga! Lo nyentuh gue sekali lagi, gue patahin tangan lo!" Ancam Anska merasa risih.

"Jahat kamu bang, hatiku tertohok," jawab Riga lebih dramatis.

Frozen Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang