Hari pertama memasuki sekolah SMA Negeri 11 Jakarta membuat semangat Dira menggebu, karna katanya 'masa SMA adalah masa yang terindah'. Sejak kakaknya mengatakan masa SMA adalah masa kebebasan, Dira tak sabar lulus SMP cepat cepat dan memulai kehidupan SMA yang kakaknya bilang 'bebas' itu.
***
Awal SMA, Dira adalah siswi pemalu dan tak banyak bicara. Ia celingak celinguk ke kanan dan kiri jikalau saja ia melihat teman SMP nya ataupun seseorang yang ia kenal.
Asik melihat lihat, tiba tiba pundak Dira ditepuk oleh Arum, teman satu SMP Dira. 'Dira, dipanggil tuh. Katanya tes ngaji' ucap Arum. Dira menggangguk pelan pertanda ia paham dan siap di tes.
Dira berjalan mengiringi Arum menuju ruangan kelas yang merupakan tempat tes membaca Al-Qur'an bagi siswa siswi yang lolos jalur prestasi. Yup! Dira berhasil lolos masuk ke SMA impiannya itu dengan piagam kemenangannya dalam tanding pencak silat yang dilombakan saat ia SMP dulu.
Sampai di ruang kelas, Dira dan Arum duduk di bangku menunggu giliran, tak berapa lama setelah menunggu, nama mereka dipanggil oleh guru pembimbing yang akan menguji mereka.
Setelah selesai, mereka pulang kerumah masing masing dan mempersiapkan hal hal yang perlu dibawa ke sekolah besok, karna besok adalah Masa Orientasi Siswa (MOS) yang harus mereka ikuti dan diarahkan oleh kakak kakak OSIS dan MPK.
***
Tepat pukul 06.00, alarm Dira berbunyi pertanda Dira harus bangkit dari tidurnya dan bersiap siap untuk ke sekolah. Dira mandi dan sarapan, serta memastikan barang barang yang akan dibawa saat MOS nanti tidak akan tertinggal.
Setelah semua urusan selesai, Dira berangkat ke sekolah. Hari pertama sekolah, Dira diantar oleh bundanya.
Embun pagi serta udara yang dingin membuat Dira sedikit menggigil, dilihatnya tangan sang ibunda yang memegang stang motor terlihat kuat menahan dingin padahal Dira tau bundanya tidak kuat kedinginan.
Dira menundukkan kepalanya, hati kecilnya terluka, melihat ibundanya harus menderita di usianya yang sudah tak lagi muda. Padahal, keluarga Dira memiliki mobil, tapi yang bisa mengendarai mobil hanya ayahnya.
Dira tak ingin minta tolong pada ayahnya karna ia tau ujungnya akan seperti apa, ayahnya hanya akan menjawab 'anterin sama bunda. Ayah capek. Jangan ganggu tidur ayah!' Bentak sang ayah, karna Dira sudah berkali kali merasakan itu.
Tiba di sekolah, Dira turun dari motor sambil memegang kertas karton berisikan namanya untuk persiapan MOS-nya nanti, Dira pamit, diciumnya tangan bundanya dan pipi kiri dan kanan bundanya yang terolesi bedak yang sangat tipis.
'Dahh bund. Aku pergi dulu yaa' ucap Dira berjalan mundur setelah memasuki gerbang sekolah sembari melambaikan tangan pada bundanya.
Raut wajahnya tampak sangat bahagia, namun dalam lubuk hatinya, tergores sedikit luka dan perasaan kecewa sebab perilaku ayahnya.
Dira ingin sukses, impiannya bukanlah membelikan rumah mewah ataupun mobil mahal untuk bundanya, impiannya hanya satu, ia bisa menaikkan bundanya haji sebelum bundanya wafat.
Sekurang kurangnya umroh, jika tak bisa haji.
***
Dira berjalan menyusuri koridor dan berhenti ketika melihat pengumuman daftar siswa dan gugus serta kelas pembagiannya. Indira Daul Almi, gugus 4, di kelas XI MIPA 4. Dira melangkah lagi dan mencari cari letak kelas XI MIPA 4, namun tak ditemukannya kelas tersebut.
Ia ingin bertanya pada guru, tapi ia terlalu malu untuk memulai pembicaraan. Jadi ia memilih untuk diam saja dan melanjutkan perjalanan menuju kelas MOS-nya.
Setelah hampir 10 menit ia mengelilingi sekolahnya itu, ia melihat papan kelas XI MIPA 4 di ujung koridor terpajang di dinding sebuah kelas yang berpintu kayu berwarna coklat itu. Akhirnyaaa. Ucapnya lega.
Dira masuk ke ruangan yang tidak terlalu besar itu dan memilih duduk di paling belakang. Kelas terlihat tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang di dalam kelas. Mereka terlihat tengah asyik dengan kesibukan mereka. Ada yang membuka instagram, ada yang selfie, dan ada yang sekedar bercermin merapikan penampilannya.
Dira membuka tasnya ketika dering ponselnya berbunyi, ia melihat sebuah pesan masuk dan langsung membukanya. 'Udah nyampe sekolah?' Ketik orang yang bernama Dita Permata itu. 'Udahh' Dira membalas pesan tersebut dan mengirim pap (post a picture) suasana kelasnya pada sahabat yang ia kenal dari kelas 1 SD itu. 'Ohh okee' balas Dita lagi.
Dira meletakkan ponselnya setelah dibacanya balasan sahabatnya itu. Ia menidurkan kepalanya dan menjadikan tangannya sebagai bantal. Huffttt, masih lama yaa. Keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
am i late ?
Teen FictionTentang seorang perempuan biasa, yang jauh dari kata sempurna, yang sedari kecil hidupnya penuh luka. Setelah remaja ia berharap mampu istiqomah dalam hijrah muda dan berharap berhasil menikah dengan laki laki yang tak mungkin rasanya bagi mereka be...