14.

0 0 0
                                    

"Haa gimanaa? Bingung kan lo jawabnya" kata Ana.

"Yaa gua juga ga tau. Bisa jadi kan perasaan itu timbulnya belakangan" jawab ragu Ana.

"Berarti lo suka sama Aras" tuduh Ana sembari tertawa tipis.

"Ah udah ah, capek gua ngomong ama lu" kesal Dira.

***

minggu berikutnya...

Pagi yang cerah, menjadi mendung tiba tiba setelah Ana mengetahui fakta Bian berpacaran dengan Irma, anak IPS 1.

"Ra, lo tau Irma, ga?" tanya Ana mendadak setelah meletakkan tasnya di atas meja. Ana menyuruh Dira datang sekolah lebih awal, hanya untuk membicarakan perihal Bian dan Irma.

"Irma mana?" tanya Dira kembali.

"Irma IPS 1. Dulu dia satu gugus sama lo. Mantannya Adi" jawab Ana.

Dira berpikir sejenak "Oo Irma itu. Tau. Kenapa emang?" tanya Dira.

"Dia jadian sama Bian" jawab Ana.

"HAA? SUMPAH LO?" Dira terkejut. Sangat terkejut. Roti yang hendak ia masukkan ke mulut, malah diletakkannya kembali.

"Gua juga baru tau kemaren, dari Alya" tukas Ana.

"Bukannya Irma masih belum move on dari Adi, ya? Soalnya dulu di gugus dia masih suka curi pandang ke Adi" kata Dira.

"Nah, itu dia permasalahannya. Semua orang tau kalo Irma itu belum bisa move on dari Adi. Tapi tiba tiba ada kabar dia jadian sama Bian. Dan lo tau? Lebih parahnya lagi, dia yang deketin Bian duluan, setelah dia tau Bian itu ke sekolah pake mobil. Mobil sendiri, bukan mobil emak bapak-nya"
jelas Ana.

"Lo tau se-detail ini dari mana, sih?" tanya Dira.

"Gua, Bian, Irma, Adi, Alya itu satu SMP. Cuma yaa ga begitu deket. Yang deket cuma Alya. Nah, Alya ini, temen deketnya Irma. Banyak dikit ada dong di-spoiler Alya" jelas Ana.

"Lo rela ga, Bian sama Irma?" lanjut Ana lagi.

"Engga, sih. Gua takutnya Bian cuma jadi pelampiasan atau penyenang hati Irma doang" jawab Dira.

"Nah, sama. Walaupun gua bodoamat ama tuh anak, tapi gua tetap ga rela kalo dia dimanfaatin" kata Ana.

"Itu mah namanya lo peduli amat, bego!" ucap Dira sembari memutar bola matanya.

Ana hanya tertawa kecil.

Lalu, seorang lelaki bersweater hitam masuk, yang membuat emosi Ana memuncak. Ia datang bersama laki laki yang menggunakan tas selempang. Siapa lagi kalau bukan Bian dan Dana.

Ana mengernyitkan dahinya pada Bian, sedangkan Dira, ia memilih tidur daripada menyaksikan pertengkaran Ana dan Bian.

Melihat Ana, Bian hanya tercengang, ia merasa sedikit terancam.

"Ngapain lo liatin gua gitu?" tanya Bian merasa risih.

"Lo-"

"Apa?" potong Bian

"LO JADIAN SAMA IRMA?" kesal Ana.

"Biasa aja kalee" singkat Bian.

"Kalo iya, emang napa?" sambungnya.

"Irma sukanya sama Adi, bukan sama lo. Sama lo mah ngarepin mobil lo doang" Dira tiba tiba nimbrung.

"Nah, itu dia" kata Ana.

-

am i late ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang