Hai guys.
Makasii banget loohh udah bacain Dira.
Tapi sebelumnya, jangan lupa follow yaa..
Terimakasih guys.***
Masa MOS telah selesai. Kehidupan SMA pun dimulai. Dimana siswa/i yang sebelumnya dari beragam SMP, menyatu dan berteman di SMA.
***
Dira melihat mading sekolah. Ia mencari namanya di deretan nama siswa/i baru SMA Negeri 11 Jakarta itu. Ia menemukan namanya di deretan siswa/i kelas X MIPA 4. Yang artinya, itu adalah kelasnya. Sayangnya, Ovi berada di kelas IPS, atau tepatnya IPS 4, jadi tidak sekelas, beda jurusan, dan tidak bisa pindah kelas. Jika saja Ovi juga jurusan MIPA, Dira bisa saja minta pindah pada guru agar sekelas dengan Ovi.
Dering telfon yang masuk sempat mengejutkan Dira. Ia melihat dari siapa asal telfon itu. Dira memutar bola matanya, dan mengangkat telfon sebelum orang yang menelfon marah.
"Lama amat sih lo angkat telfon gua" bentak suara kesal yang terdengar dari seberang sana.
"Ah elah biasa aja kaleee. Gausah lebay deh. Baru beberapa menit juga"
"Pala buyut lo baru beberapa menit. Gua nungguin!"
"Udah gausah bacot. Ke sekolah cepetan. Gua depan mading"
"Gua udah nyampe sekolah, dodol! Gua nungguin lo daritadi. Lo bilang OTW tapi ga nyampe nyampe. Stengah jam gua nungguin lo"
"Yaelah ngomong kek daritadi"
"Lo jangan sampe gua bunuh lo ye. Udah berapa kali gua chat lo, gua telfon telfon. Lo ga respon. Lo bilang pergi bareng jam tujuh. Ini jam berapa, anak dakjal?"
Dira melirik hpnya, dilihatnya chat yang masuk dari Ovi. 114 unread message. "Pantes Ovi ngamok" lirihnya.
"Maap yaa. Yaudah gua kesana. Lo dimana? Mo gua bawain roti ga?"
telfon masih tersambung."Iyaa mauu. Rasa coklat yaa"
Begitu mudah bagi Dira untuk membujuk Ovi. Hanya dengan makanan, masalah selesai.
***
Seperti biasa, Dira memilih duduk di bangku yang paling jauh dari meja guru, yaitu bangku paling belakang di sudut kanan—karna meja guru berada di sudut depan kiri—
5 menit sebelum bel berbunyi, seorang perempuan tinggi memakai kawat gigi masuk ke kelas. Tanpa melihat panjang, ia langsung berjalan ke arah Dira dan memilih duduk di bangku sebelah Dira.
Dira hanya melihatnya sejenak, lalu berpaling.
Sombong sih memang kesannya.
Namun menurut Dira, manusia tidak perlu friendly ke seluruh manusia. Karna tanggapan orang berbeda beda tentang 'friendly'. Friendly, dibilang caper. Pendiam, dibilang sombong.
Gadis itu menyodorkan tangannya pada Dira sembari tersenyum
"Hai kenalin. Gua Ana"
Dira juga melepaskan senyumnya serta membalas tangan Ana.
"Hai juga. Gua Dira"
"Boleh gua duduk disini?"
"Boleh kok. Kan bebas mau duduk dimana"
"Thanks yaa"
Lima menit berlalu, setelah bel berbunyi, seorang guru yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua masuk ke kelas Dira. Guru yang menggunakan baju dinas berwarna cokelat itu melihat sekeliling, sebelum akhirnya mengenalkan dirinya.
"Baik. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap bapak guru tersebut dan dijawab oleh siswa/i X MIPA 4
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
"Sebelumnya perkenalkan nama bapak Erno Novrianda. Bisa dipanggil bapak Erno, atau bapak Novri. Bapak selaku wali kelas ananda semua disini akan memberikan sedikit pengenalan tentang sistem pembelajaran kita yang akan kita lakukan sebagai rutinitas di SMA Negeri 11 Jakarta ini"
Bapak Erno melanjutkan pembicarannya. Ia mengatur susunan kelas, seperti memilih perangkat kelas, mengatur tempat duduk, menentukan uang iuran per minggu untuk simpanan kas, dan lain lain.
***
Tidak seberisik saat SMP, kelas Dira yang sekarang terasa sedikit sunyi. Beberapa siswa kebanyakan membaca buku pelajaran dan tidak peduli dengan sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
am i late ?
Teen FictionTentang seorang perempuan biasa, yang jauh dari kata sempurna, yang sedari kecil hidupnya penuh luka. Setelah remaja ia berharap mampu istiqomah dalam hijrah muda dan berharap berhasil menikah dengan laki laki yang tak mungkin rasanya bagi mereka be...