Masih dengan pengenalan lingkungan sekolah, sering disingkat MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang begitu memaksa para siswa untuk menahan emosinya hanya untuk 3 hari—karna aturan MOS di SMA 11 Jakarta diperbolehkan berlangsung selama 3 hari— saja.
Karna selama masih dalam MOS, mental mereka akan benar benar diuji
***
Pagi ini para siswa siswi berkumpul di lapangan sekolah untuk senam. Tantangan yang diberikan pembina OSIS dan MPK hari ini adalah siapapun yang tidak semangat senam, akan senam di depan, tepatnya di sebelah instruktur senam.
Mau tak mau, harus semangat senamnya.
Seluruh siswa berusaha semangat, namun ada juga beberapa dari mereka yang setengah semangat. Alhasil siswa tersebut senam di sebelah instruktur, yang dengan kata lain seluruh siswa/i baru termasuk pembina OSIS/MPK melihatnya.
Dira melihat sekeliling, memastikan tak ada satu pun pembina OSIS/MPK yang berada di dekatnya sehingga ia bisa bermalas malasan mengikuti senam.
"Amann.." lirih Dira.
Namun, ketika hendak bermalas malasan, Arasya tiba tiba muncul dari depan, hendak berjalan ke belakang barisan untuk mengecek para siswa/i.
Dira sontak menoleh, rencananya gagal. Dengan sangat terpaksa Dira harus mengikuti senam dengan semangat. Dilihatnya Arasya meliriknya dengan tatapan yang ganas.
Jujur, Dira setengah takut. Ia benar benar tidak mau senam di depan. Karna Dira tak suka jadi pusat perhatian, apalagi di awal sekolah.
Arasya melanjutkan langkah kakinya menelusuri barisan dengan tatapan ganas yang masih ia layangkan pada Dira.
Dira menatap mata Arasya sejenak, melihat tatapan maut Arasya seperti ingin memakan dirinya.
Tatapan Arasya teralihkan kepada siswa yang lain. Syukurlah, Dira aman.
Ketika senam telah selesai, para siswa/i diarahkan menuju kelas gugus masing masing. Mata Dira mencari keberadaan Ovi sedari tadi. Namun ia tak menemukannya. Alhasil, Dira berjalan ke kelas bersama teman sebangkunya, Chacha.
Tak ada pembicaraan selama menuju kelas yang terjadi antara Dira dan Chacha. Maklum, Dira pemalu dan tertutup sedangkan Chacha tak bisa membuka obrolan duluan.
***
Memasuki hari ketiga MOS, pagi Dira agak sedikit berbeda. Entah kenapa, Dira agak sedikit bersemangat hari ini.
Karna menurutnya, ini adalah hari terakhirnya menahan siksaan selama MOS.
Tak ingin diantar, Dira lebih memilih menaiki angkutan umum menuju sekolah. Entah kenapa, udara sejuk di pagi hari membuat Dira merasa tenang.
Inilah yang Dira inginkan. Ia ingin pergi sekolah tanpa menyusahkan bundanya lagi. Sebenarnya tidak menyusahkan, hanya saja Dira tak ingin sang bunda kedinginan lagi.
Dira mempunyai kakak sulung yang sebenarnya bisa mengantarkannya sekolah. Namun, kakaknya tersebut memiliki alergi dingin yang membuatnya tak kuat menahan dingin.
Ada lagi kakaknya yang kedua namun sedang berkuliah diluar kota. Jadilah tinggal berempat dirumah itu. Ibundanya yang rematik, kakaknya yang alergi dingin, dan ayahnya yang tak bisa diharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
am i late ?
Teen FictionTentang seorang perempuan biasa, yang jauh dari kata sempurna, yang sedari kecil hidupnya penuh luka. Setelah remaja ia berharap mampu istiqomah dalam hijrah muda dan berharap berhasil menikah dengan laki laki yang tak mungkin rasanya bagi mereka be...