-
Tugas selesai. Dan Alhamdulillah-Nya, mereka kelompok tercepat menyelesaikan tugas. Planning selanjutnya : Gibah.
"Bi, lo harus putusin Irma" kejam Ana tiba tiba.
"Ga ga ga mau. Gua baru seneng seneng juga" tolak Bian sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"Percaya gua, lo bakal dimanfaatin" kata Ana lagi.
"Iya, Bi. Gua juga ngerasa gitu" Gito ikut nimbrung.
"Tapi gua baru pacaran. Juga, ini kali pertama gua pacaran" ucap Bian.
"Justru itu, Bi. Ibaratnya, lo baru bisa jalan, tapi udah masuk lobang, ntar lo-nya trauma mau jalan lagi" kata Dira yang baru saja memasukkan pena pilotnya ke dalam tempat pensil.
"T-tapi. Gua udah bisa jalan. Udah dari dulu" ucap Bian dengan polosnya.
Dira merasakan kesalnya memuncak. 'Ni anak beneran polos apa pura pura polos si?' Pikirnya.
Baru saja hendak menjelaskan, Ana sudah lebih dulu melampiaskan amarahnya.
"BUKAN GITU, BOLOT" kesal Ana sambil menjitak kepala Bian.
"Maksud Dira itu, kita ga mau kedepannya lo jadi trauma pacaran gara gara lo salah milih pacar di masa sekarang, di awal lo masuk ke dunia percintaan. NGERTI GA, SIH, JING?" kesal Ana lagi.
Karna terlalu keras, suara Ana terdengar hingga ke depan kelas yang membuat seluruh siswa MIPA 4 tersebut melirik ke arah Ana.
"Apa liat liat?" tantang Ana setelah ia melihat banyak orang yang meliriknya.
Dira memalingkan wajahnya. Jujur, ia malu. Karna itu adalah kesalahan Ana. Ana melampiaskan marahnya pada orang lain. Padahal, ia yang membuat orang lain tidak nyaman.
Setelah dirasa aman, Dira kembali menegakkan wajahnya.
"Na, lo egois banget, sih. Suara lo emang keras banget, ganggu anak anak lain yang lagi kerja. Konsentrasi mereka jadi keganggu. Lo-nya jangan marah, dong" kata Dira.
"Suara lo, pelanin dikit, napa? Untung aja Pak Supri diluar. Kalo di dalem, bisa bisa lo masuk BK" sambung Bian.
"Oke oke. Suara gua udah ga penting. Sekarang kita tinggal mikir gimana cara ngebongkar sifat asli Irma. Gua tau gimana Irma itu sebenernya. Tapi gua ga punya bukti. Kalaupun gua jelasin Irma itu kaya gimana, lo ga bakal percaya" kata Ana melirik Bian.
"Buat apa?" tanya Bian mengernyitkan keningnya.
"Buat kita buktiin ke elo, kalo Irma itu ga baik" tukas Ana.
"Ya ampun, Na. Suudzon amat sih lo jadi orang" kata Dira yang sedari tadi bingung dengan sikap Ana.
"Gini, Kila itu temennya Irma. Dan, lo tau? Kila itu mantannya Alka, pacar gua sekarang. Parahnya, ketika gua udah sama Alka, Kila masih contact Alka. Kila masih belum bisa move on dari Alka. Dan sampai sekarang, tiap pas pas-an gua ga pernah disapa Kila. Padahal, dulu pas SMP gua deket sama Kila. Malah setiap ketemu, Kila sama Irma kek kompak julidin gua" terang Ana.
"Okay. Jadi, karna Kila kayak gitu, Irma juga bakal gitu? Na, sifat orang kan ga sama" kata Dira sembari menatap Ana.
"Ga bisa dipungkiri kalo udah temenan kita ikut ikutan sifatnya temen, walaupun dikit. Karna tiap hari cerita bareng, becandaan bareng, bakal nge-efek sama kita, walaupun ga banyak" jawab Ana.
Semuanya diam, memikirkan kata kata Ana.
Ana ada benernya juga.
Begitulah pikiran mereka.
Dan tanpa mereka ketahui, ada satu orang cepu yang juga mendengar percakapan mereka dari awal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
am i late ?
Teen FictionTentang seorang perempuan biasa, yang jauh dari kata sempurna, yang sedari kecil hidupnya penuh luka. Setelah remaja ia berharap mampu istiqomah dalam hijrah muda dan berharap berhasil menikah dengan laki laki yang tak mungkin rasanya bagi mereka be...