9.

0 0 0
                                    

   Berbulan bulan sudah Dira mengenal Ana. Baginya, Ana sangat menarik, karna pemikirannya yang dewasa, Dira jadi gampang menemukan solusi di tiap permasalahannya.

***

"Ra, lo tau? Aras itu deket ama Alya" random Ana secara sangat tiba tiba sehingga berhasil membuat Dira tersedak.

"Lo apaan si tiba tiba bahas Aras. Keselek gua" ucap Dira yang sedari tadi memakan roti selai susu kesukaannya.

Mereka sedang berada di kantin sekarang. Bukan karna jam istirahat tiba, melainkan karna rasa lapar yang tidak tertahankan.

"Loh, kenapa lo yang keselek? Lo suka Aras yaa??" tebak Ana.

"Engga gitu. Ya aneh aja lo daritadi diem, sekalinya ngomong bahas Aras. Malah nyebut Alya lagi. Lo pikir gua kenal ama semua orang di sekolah ini?"

"Bukan gitu, Ra. Aneh aja Aras deket sama Alya. Secara kan abangnya Alya itu temen deketnya Aras"

"Ya apa masalahnya?" tanya Dira heran.

"Abangnya Alya itu terkenal bandel dikalangan guru guru. Dan lo tau? Gaada yang boleh deketin adeknya selagi dia masih di SMA ini"

"Emang abangnya kelas berapa?" bingung Dira

"12 IPS. Tapi gua lupa IPS berap-"

Tiba tiba, langkah kaki seseorang berhasil membuat mereka menutup mulut.

  Mereka berdua terdiam ketika orang yang digunjingkan tiba di kantin tempat mereka duduk.

Bukan abangnya Alya, melainkan Aras.

"Ana" sapa Aras pada Ana.

"Bang Aras" Ana membalas sapaan Aras.

Sekedar begitu. Hanya seperti itu sesi sapaan. Yang terjadi selanjutnya hanyalah Aras yang berjalan melalui Dira dan Ana tanpa menoleh pada Dira.

"Kayanya lo deket deh ama Ka Aras" tanya Dira.

"Engga, gua ga deket. Cuman karna dia deket ama Alya, dan Alya itu temen deketnya gua, makanya gua kenal. Kenal juga baru beberapa hari kok"

Dira menaikkan sebelah alisnya, otaknya berputar. Ia mencoba menebak "Jangan jangan lo jodohin gua ama Aras yaa? Perasaan belakangan ini lo sering bahas Aras depan gua"

Hendak menyuap nasi goreng, tangan Ana berhenti dengan mulut yang masih menganga. Diputarnya 90° kepalanya pada Dira yang berada di samping tempatnya duduk.

Dira melipat tangannya, menunggu jawaban dari Ana. Sepertinya ia tau isi pikiran Ana.

"Hehe" tawa singkat Ana dengan senyum canggungnya.
"Abis gua liat Ka Aras suka pandangin lo sewaktu MOS. Yaudah gua jodohin. Lagian cocok kok, lo berdua" sambungnya.

"Pale lo. Gua ga suka ama Aras. Gua juga orangnya susah buat suka. Kalo lo kekeuh mau jodohin gua, yang ada guanya ilfeel ngeliat Aras. Juga, Alya temen lo. Jangan khianati dia" jawab Dira.

"Tapi lo lebih cocok ama Aras" jawab Ana sembari menyambung suapan nasi gorengnya yang sempat terhenti.

Dira diam. Ia lelah melawan perkataan Ana. Bagaimanapun, Ana akan tetap kekeuh menjodohkan Dira dengan Aras.

Yang jelas, untuk sekarang ini, setampan apapun Aras, sebaik dan secocok apapun Dira-Aras di mata orang lain, Dira tetap tak ingin mencintai Aras.

Sekarang 'TIDAK', mungkin suatu saat nanti 'IYA', entahlah. Biar waktu yang menjawab.

am i late ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang