*MASALAH BARU*

207 22 1
                                    

Tik...tik...tik...

     Suara detikan jam terdengar begitu jelas di kuping Indra, sesekali matanya melihat ke arah pintu ruang operasi dengan lampu masih menyala menandakan operasi masih dilakukan. Disisi lain, terlihat Virza menundukkan kepalanya dengan wajah pucat seakan melihat hal mengerikan.

Argata yang lebih stabil menenangkan kakak tertua mereka, Fazka, yang syok dan hampir pingsan setelah mendengar kabar menyakitkan dari Ryanda. Keheningan pun melarutkan pikiran Maharasyid bersaudara.

"Hei Ind..." panggil Virza
"Hm? Kenapa Vir?"
"Mereka akan baik-baik saja bukan? Para dokter bisa menyembuhkan mereka kan?" tanya Virza bersandar di kursinya, menengadahkan kepalanya

Indra menggeleng pelan,"Kita berdoa saja Vir, semoga para dokter bisa menyelamatkan mereka"

Virza tersenyum kecut mendengar jawaban Indra yang tidak membuat baik keadaannya, air matanya mengucur deras membasahi pakaiannya.

"Padahal, baru saja kita akan bahagia kembali...Tapi kenapa? Kenapa Tuhan begitu tidak adil pada kita? Apa salah kita? Mengapa kita tidak bisa diberikan ketenangan satu hari saja? Mengapa orang-orang yang kita sayangi harus menderita Ind? Mengapa?" tanya Virza dengan nada bergetar

Indra tidak bisa berkata apa-apa selain memeluk adik kembarannya itu, dapat Indra rasakan tubuh Virza yang bergetar karena menangis. Tangannya ia gunakan untuk menepuk pelan punggungnya, memberikan afeksi untuk menenangkan adiknya itu.

"Ssstt...aku paham...aku paham Vir, tapi Tuhan pasti punya tujuan kepada kita. Kita hanya perlu bersikap kuat menerima cobaan yang Tuhan berikan, sudah tidak apa-apa Vir..." bisik Indra lembut, sesekali ia mengusap surai belakang Virza dan membisikkan kata-kata penenang

Argata yang sedari tadi melihat tersenyum bangga kepada Indra yang dapat menenangkan adiknya tersebut, namun, ia juga memikirkan jawaban Virza. Matanya tidak bisa ia lepaskan dari pintu ruang operasi itu.

*Kak Samuel, Rendy, Aileen. Kumohon jangan pernah menyerah! Kalian harus bisa selamat!*

5 jam kemudian...

     Lampu tersebut menjadi gelap menandakan operasi telah berakhir, Maharasyid bersaudara langsung saja menuju ke depan ruang operasi dan melihat pintu tersebut dibuka, dengan membawa 3 pasien korban kecelakaan di atas brankar, dokter dan perawat membawa mereka menuju ruang perawatan. Fazka diikuti lainnya melihat Ryanda yang baru saja keluar dan menuju kearahnya.

"Ryanda! Bagaimana keadaan mereka? Apa adik-adikku baik-baik saja?" tanya Fazka

"Seperti yang kalian lihat, pasien mengalami luka cukup parah dan hampir saja meregang nyawanya. Aku tidak yakin kalian mau mendengarnya" kata Ryanda

"Katakan saja Ryanda, kami siap mendengarnya" kata Argata diangguki yang lainnya

     Ryanda menatap mereka beberapa detik sebelum digantikan dengan wajah murungnya yang membuat Maharasyid bersaudara khawatir.
"Baiklah kalau kalian bersikeras, pertama, aku akan menjelaskan keadaan Samuel. Kalian dengarkan baik-baik" angguk semuanya

"Kondisinya tidak meregang nyawa walau harus diberi perawatan lebih lanjut, ia mengalami cedera di bagian lehernya. Cedera tersebut serig disebut Whiplash, Whiplash terjadi ketika otot-otot di leher tegang akibat gerakan cepat ke belakang dan ke depan. Gerakan ini menyebabkan tendon dan ligamen di leher meregang dan robek, lalu Samuel mengalami patah tulang di kaki kirinya. Kusarankan kepada kalian ketika ia bangun ia jangan terlalu menggerakkan lehernya ataupun kaki kirinya" kata Ryanda mengingat kembali keadaan Samuel

"Lalu keadaan Rendy...Aku bisa mengatakan ia merupakan pasien yang hampir meregang nyawanya" jawaban tersebut seakan menghentikan pernapasan Maharasyid bersaudara, mereka tidak menyangka, Rendy, berada di alam hidup dan baka saat ini

-Our Euphoria- (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang