*KETENANGAN*

212 29 1
                                    

"Kakakku yang dingin seperti beruang kutub polar dan memiliki senyum gulali membuat hati semua orang meleleh, kumohon biarkan aku menyelesaikan perkejaanku yang belum tuntas ini" pintanya memohon terhadap sang kakak berdiri dengan bersedekap dada di depan pintu kamarnya.

"Kau berani melawan kakakmu Ren? Masih belum kapok juga setelah 2 hari yang lalu kepalamu kumat lagi?" tanya Samuel atau orang yang menghalangi jalan Rendy menuju ruang kerjanya di rumah.

"Astaga kak! Ini sudah lewat 2 Minggu lebih! Aku baik-baik saja kok! Lihat ini, tubuhku begitu bugar dan aku bisa melakukan putaran ballet sebanyak 6x, kakak mau melihatnya?"

Samuel menggeleng, perkataannya sudah mutlak. Ia tahu benar Rendy adalah maniak bekerja seperti Argata dan tidak pernah membiarkan pekerjaannya tercecer di mejanya, Rendy adalah orang penyuka kebersihan dan kerapihan, yang berarti ia adalah seorang yang disiplin juga.

Ia pasti akan berlembur di meja kerjanya, tidak membersihkan dirinya dan meminum kopi hingga matahari terbit kembali. Mirip sekali dengan seseorang di rumah dan itu pastinya bukan dia sama sekali.

"Aku tahu seberapa inginnya kau mau kembali bekerja, tapi tubuhmu berkata lain Ren. Kau masih belum pulih sepenuhnya, cideramu lebih parah dari kami berdua dan beberapa tulangmu ada yang retak membuatmu perlu memakai alat bantu. Biarkan dirimu beristirahat lebih lama dan aku janji akan membiarkanmu kembali bekerja" kata Samuel.

"Huft...baiklah kak, kalau begitu, kakak juga harus beristirahat! Cidera kakak mungkin yang tidak terlalu bahaya dibandingkan kami tetapi itu tidak mengubah fakta kakak jugalah korban kecelakaan!" jawab Rendy memegang kedua pundak Samuel.

"Iya-iya adek bawel, sudah tukar kembali bajumu dengan baju rumah dan berbaring sana. Aku mau ke kamarku dan jangan coba-coba untuk kabur ya" senyum dingin Samuel membuat tubuh Rendy menggigil kedinginan.

"O-ok kak" Rendy mengangguk dan memberikan jempol. Samuel menutup kembali pintu kamarnya, membiarkan Rendy bergerutu akan sifat kakaknya yang terlalu berlebihan.

"Dasar kakak es bipolar, sesuka hatinya saja mengatur adek. Makanya gak dapat jodoh sama sekali" gerutu Rendy sembari menukar pakaiannya dengan baju rumahnya.

*Begini saja aku sudah bergerutu, bagaimana dengan adek selama ini? Apakah ia merasa kesal seperti diriku? Atau hanya pasrah menerima keadaan? Yang manapun itu, akhirnya aku paham perasaan adek. Memang tidak menyenangkan dikekang seperti ini, jika saja aku punya mesin waktu mungkin aku akan mengkarate diriku yang bodoh itu* batin Rendy

"Ahh!! Mengesalkan!!! Aku bermain ke kamar adek sajalah" Rendy menutup lemari pakaiannya dan langsung melesat menuju kamar Aileen.

"A~I~Leen! Kakak datang untuk bermain!!" senyum di wajah Rendy memudar setelah melihat isi kamar Aileen yang rapi dan kosong.

"Aku lupa memberitahukanmu tapi kak Fazka dan Argata pergi dengan membawa Aileen. Mereka sedikit ada urusan" jawab Samuel yang muncul entah dari mana dengan kopi ditangannya.

"Eh...be-berapa lama mereka akan pulang?"

"Entahlah...Mungkin bisa lebih dari 5 jam? Sudah sana balik ke kamarmu, ingat! Jangan coba-coba pergi keluar atau enggak gue lempar elu dari jendela kamarmu" ancam Samuel diangguki Rendy.

*Huhuhu...Nasib punya kakak garang macam singa*















~|~|~|~|~|~|~















Dengan Fazka dan lainnya...

"Tuan muda sudah meningkat begitu pesat, sering-seringlah anda melakukan aktivitas yang dapat mengalihkan pikiran tuan dari trauma. Dan jangan lupa mengonsumsi obat-obat yang sudah saya berikan secara teratur, ini mungkin sulit tapi saya percaya tuan muda bisa sembuh" senyum sang psikiater membaca data-data pasiennya yang sudah lama berobat kepadanya.

-Our Euphoria- (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang