Hari sudah gelap saat Maria melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah Winter. Udara pun terasa sejuk dengan angin yang berhembus dingin. Hanya bermodal gaun katun selutut berwarna dark grey, Maria berjalan menyusuri trotoar. Rumah Winter terletak lumayan jauh dari kepadatan kota sehingga Maria hanya menemukan pohon-pohon maple di sepanjang jalan dengan rumah penduduk lain yang terpisah jauh. Pria misterius itu sudah pasti tinggal di tempat yang misterius pula.
Di siang hari tempat ini tidak terasa sunyi, tapi di malam hari, benar-benar hanya ada suara gonggongan anjing liar dan gemerisik daun kering di bawah sol sepatu Maria. Mata wanita itu terus memperhatikan peta di ponselnya setelah menghubungi Danielo dan meminta maaf soal pesan tak etis yang ia kirimkan. Danielo hanya tertawa lucu, pria paruh baya itu tidak ambil pusing.
Saat Maria berbelok di perempatan jalan, ia kembali menemukan kesunyian. Hanya ada beberapa anak motor yang sedang nongkrong di sudut sebuah restoran cepat saji. Maria melewati mereka. Tujuannya adalah menginap di hotel tempat ia menyimpan koper berisi senjata dan paspor-paspor palsunya. Bertengkar dengan Winter sudah menjadi makanan sehari-hari, masih untung kali ini tidak terjadi baku hantam piring atau saling lempar pisau.
Huh.
Maria langsung mendorong sebuah pintu kecil di kotak telepon. Ia memasukkan koin kemudian memutar angka-angka. Menghubungi Polo lewat telepon umum merupakan ide terbaik.
"Halo?"
"Polo ini aku." Kata Maria.
"Maria?"
Maria diam sejenak. Isi kepalanya berputar-putar menyusun semua teka-teki yang ada. Tentang ayahnya, dan tentang pria yang ada di dalam sel tahanan Winter. Tentang kontak bernama Father in law. Jika itu memang ayah Maria, maka artinya mereka sudah saling mengenal? Ayahnya adalah pria yang tidak bisa di tebak. Dia melakukan sesuatu di dalam otaknya tanpa ada yang tau. Itulah hal yang membuat Maria selalu harus berhati-hati dengannya.
Jika memang bukan ayahnya, lalu itu artinya Winter punya ayah mertua yang lain? Dia punya istri yang lain? Sialan memang pikiran-pikiran aneh ini.
"Maria, ada apa? Ada masalah? Kenapa kau menghubungiku dengan telepon umum?" Tanya Polo lagi.
"Tidak," Maria menggelengkan kepalanya."Aku hanya ingin tanya kabar orang tuaku. Semua baik-baik saja disana?"
"Semua baik-baik saja. Tapi ayahmu tidak ada di Madrid sudah hampir satu minggu ini. Sepertinya pergi melakukan perjalanan bisnis."
"Kemana?"
"Jangan khawatir, dia percaya bahwa kau masih camping."
"Papa tidak pernah tidak membawamu saat berpergian." Maria tampak seperti sedang bergumam untuk dirinya sendiri.
"Mungkin ini bisnis penting. Sudahlah, kau tidak perlu pikirkan itu."
Maria menyusupkan jemarinya ke dalam rambut sambil menggigit bibir dan melihat sekeliling. Bulu kuduknya mendadak meremang.
"Baiknya kau pikirkan tentang aku. Membatalkan misi sama dengan bunuh diriku sendiri. Aku bahkan sudah mengirimkan lokasi target ke emailmu." Polo menghela napas pasrah. Pria itu sudah mengatakan keluhan tersebut saat Maria membatalkan misinya itu kemarin di depan Winter.
"Perdóname, Polo. Aku akan menghubungimu nanti. Aku harus pergi sekarang."
"Oke."
Tepat sebelum Maria mendorong pintu untuk keluar, tubuhnya tersentak kaget mendapati sebuah mobil dengan kaca yang di turunkan. Lavender langsung turun dari sana. Fleur ada di jok penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTOXICATE DESIRE
RomanceThe Patlers #4 ( Winter & Maria ) Winter L. Patlers adalah putra kedua dari Maxime Federico Patlers-pemilik dua perusahaan besar, Patlers Group dan Air Italy. Perawakannya yang dingin, tatapannya yang tajam, rahangnya yang tegas serta tubuhnya yang...