Chapter 23 : Husband's blood

95.6K 11.5K 2.8K
                                    

Berkali-kali Maria mengingatkan dirinya bahwa apa yang sedang ia alami sekarang adalah konsekuensi dari apa yang sudah ia lakukan. Tentu saja ia tidak menyesalinya karena untuk apa? Meratapi nasib tak akan mengubah apapun. Yang perlu ia lakukan adalah terus berjalan ke depan lalu mencari solusi untuk memperbaiki apa yang sudah kacau.

Serangan tersebut seperti alarm pengingat bahwa tujuan utamanya menikahi Winter belum ada perkembangan apapun. Malah ia sibuk menjadi pelacur untuk pria itu. Yah tidak ada penyesalan juga soal itu, lagipula Maria tidak punya niat berhenti.

Masa bodoh, itu menyenangkan.

Dan sekarang kepalanya dipenuhi oleh spekulasi tentang ayahnya. Mungkin saja sang ayah punya dendam terhadap Winter. Apalagi Winter mengatakan bahwa mereka pernah bekerja sama dalam sebuah proyek. Semua kemungkinan perlu dipertimbangkan. Bisa jadi ayahnya memang klien yang sudah menyuruh Maria membunuh Winter malam itu. Bisa jadi Polo tau tapi dia diam saja. Bisa jadi ini hanya pelatihan lainnya.

Maria sudah muak.

Bukan sekali dua kali ayahnya bermain-main seperti ini. Di pesta ulang tahun Maria yang ke lima belas, sang ayah pernah dengan sengaja meledakkan sebuah ruangan di rumah mereka sebagai syok terapi. Dia gila. Sangat. Perbuatannya tidak dapat di tebak sama sekali dan Maria benci harus hidup bersama orang tua yang seperti itu.

Pernah juga Maria sengaja ditinggalkan di sebuah tempat sunyi sepulang sekolah dan memaksanya untuk mencari jalan pulang hingga berkilo-kilometer jauhnya demi melatihnya mandiri. Dan saat ia berhasil pulang, maka orang tuanya akan bertepuk tangan seperti orang tidak waras.

Bekerjasama dengan Winter untuk mengungkapkan pelaku memang harapannya dari awal tapi setelah melihat ayahnya berada di Manhattan lalu mendapatkan tembakan mendadak keesokan harinya, Maria merasa tidak perlu melibatkan Winter ke dalam masalahnya dengan sang ayah.

Kesabaran Maria sudah habis.

Mereka mengatakan semua itu dilakukan karena sangat mencintai Maria sehingga takut jika ada yang menyakitinya di luar sana. Mereka tidak ingin Maria bergantung pada siapaun karena semua orang bisa membunuhmu bahkan keluargamu sendiri.

Selama sembilan tahun lamanya Carla— ibu Maria dan Carlos— ayahnya, menunggu kelahiran Maria. Sudah tidak terhitung berapa kali Carla hamil dan terus gagal karena adanya kelainan kromosom akibat perkawinan sedarah. Carla tau itu dosa dan setiap dosa pasti ada penebusan. Tapi Carla percaya pada tuhan. Bahwa tuhan selalu memaafkan. Bahwa kutukan ini akan berakhir. Dan tuhan pun membuktikan ampunan-Nya dengan menghadirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita dan sempurna.

Maria Altagracia Leonelle.

Semenjak hari itu, Carla dan Carlos yang sebelumnya tinggal di Rusia pun pindah ke Madrid. Carla ingin hidup di kota yang menurutnya penuh kenangan yang tak bisa ia lupakan. Kota dimana ia bertemu dengan orang-orang tangguh yang tak mengenal kata kalah dan takut. Carla tidak ingin Maria menjadi seperti dirinya yang pengecut. Carla ingin putrinya menjadi seperti Irina yang pemberani. Bagi Carla, Irina adalah satu-satunya teman yang ia punya walau ia tau bahwa Irina tidak pernah menyukainya.

"A-aku butuh... penghilang nyeri." Maria menahan napasnya akibat rasa sakit yang luar biasa. Kakinya terasa lemah setelah berjalan hingga sampai ke sebuah apotik.

Para pengawal dan polisi yang ada di rumah sakit tidak melakukan pengejaran bahkan setelah Maria membuat kegaduhan dengan menembak dua pengawal disana. Pasti itu atas perintah suaminya. Winter tentu yang memegang kendali bahkan polisi sekalipun. Maria tidak tau harus mengagumi kenyataan itu atau apa.

"Apa yang terjadi, nona? Aku harus mengetahui kondisimu agar bisa memberikan obat yang tepat."

Butuh waktu beberapa detik bagi Maria untuk dapat berbicara kembali."Aku baru saja selesai melakukan operasi akibat luka tembak di perutku."

INTOXICATE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang