Chapter 43 : Farewell

79.3K 11.8K 7.5K
                                    

Jika orang yang paling ia percaya pun tidak berada di pihak yang benar, Winter merasa sudah saatnya berhenti. Jika orang yang dianggapnya paling adil pun tidak lagi kenal dengan keadilan, untuk apa semua usaha ini? Kekecewaan mendalam melemahkan denyut nadinya. Winter sendiri bukan orang yang suci. Banyak sekali dosa yang telah ia perbuat. Mengharapkan sebuah keadilan untuk Maria sangat tidak pantas baginya. Ia sadar akan kesalahan yang telah ia perbuat dan mungkin seperti inilah cara Tuhan menghukumnya.

Beberapa tahun silam ia pernah melewati sebuah gang sempit dan berjumpa dengan pria paruh baya yang sekarat. Pria itu memohon pertolongan padanya tapi Winter malah menikam jantungnya agar pria tersebut terlepas dari penderitaan. Itu adalah kesalahan pertama yang tak pernah bisa ia lupakan hingga ia datang menjumpai dua anak pria tersebut untuk memohon ampunan yang sebesar-besarnya. Jaxon dan Julio— remaja itu hanyalah remaja miskin yang putus sekolah. Ayahnya— yang dibunuh oleh Winter, adalah seorang penjudi dan suka melakukan kekerasaan pada mereka berdua.

Semenjak saat itu ia sadar bahwa setiap orang pantas mendapatkan kesempatan kedua bahkan ketiga.

Dan kesalahan kembali terjadi saat ia langsung menelan mentah-mentah informasi dari Rain tentang Vladimir yang menyewa pembunuh bayaran hingga menewaskan kakeknya. Peristiwa itu sungguh menggemparkan dan menjadi pukulan keras bagi keluarga besar Patlers Group. Dibutakan oleh amarah dan rasa tidak terima, ia pun menangkap Vladimir lalu mengurungnya di ruang bawah tanah.

Keluarga— Winter sangat mencintai mereka walau dengan cara yang berbeda.

Begitu pula dengan ibunya— dia hanya terlalu mencintai anak-anaknya hingga membuatnya buta akan keadilan. Keadilan yang selama ini selalu diagung-agungkan kini hilang sudah seperti dia tak pernah mengenalnya. Dulu di masa muda, Irina bertekad menjadi penegak hukum yang baik bagi negara. Ia ingin mengubah kebobrokan keluarganya yang selalu kebal hukum. Tapi semua berubah ketika kejadian itu menimpa putrinya. Seorang ibu rela menjadi apa saja demi anak-anaknya— bahkan monster sekalipun.

Untuk melindungi orang yang kita cintai terkadang memang harus melalui sebuah pengorbanan.

Winter terus meninju samsak bertubi-tubi dengan kepalan tangannya yang telanjang. Buku-buku jarinya terlihat lecet dan ia sama sekali tidak peduli. Tubuhnya yang hanya dibalut oleh kaos singlet hitam tampak basah oleh keringat. Rambutnya yang acak-acakan pun penuh oleh bulir-bulir peluh kekecewaan, frustasi dan putus asa.

Ia pun berhenti dengan napas terengah-engah lalu mengambil botol air putih dan meneguknya hingga tumpah sebagian ke leher.

"Leonardo," Katanya di telepon lalu jeda sebentar saat ia menatap tajam ke luar jendela.

"Kau dimana? Aku perlu bicara denganmu."

"No, you don't need to." Jawab Winter."Aku hanya ingin mengatakan padamu tentang disk silver yang kuberikan tadi pagi— lakukan tugasmu, Leo."

"Aku tidak bisa."

"Jadilah polisi yang salah untuk yang terakhir kalinya."

"Jika kau ingin menunjukkan seperti apa keadilan, bukan seperti ini caranya. Aku akan mencari cctv yang dihilangkan itu serta bukti-bukti lainnya."

"Selama aku masih menjabat sebagai pemimpin Patlers Group, kau berada di bawah kekuasaanku." Potong Winter cepat."Kupastikan ini perintah terakhirku untukmu."

Leonardo terdiam dalam kecamuk dan dilema berat. Ia sudah melihat berbagai dokumen dan beberapa rekaman di dalam disk yang diberikan oleh Winter— dan ia tak dapat melakukan apa yang diinginkan oleh Winter.

INTOXICATE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang