"I need a car." Suara Winter terdengar tegas memerintah siapa saja. Matanya yang gelap tampak mengkilap dan rahangnya mengeras.
Suara teriakan panik para tamu undangan berdengung di telinga Winter kala ia menggendong istrinya yang sudah tak sadarkan diri dengan perut yang bersimbah darah. Orang-orang berlarian, saling menabrak mencari jalan keluar.
Namun kepanikan menulikan telinga siapa saja.
"I need a car!"
"Right here, sir." Jared langsung mengosongkan jalan agar tuannya bisa berjalan cepat keluar dari kerumunan orang ramai.
"Tutup akses keluar masuk hotel. Jangan biarkan satu orang pun keluar atau masuk tanpa izinku."
Beberapa pria berseragam hitam— para anak buah Winter, setengah berlari mengikuti Winter untuk menjaganya saat langkah pria itu berhasil menginjak tanah diluar hotel. Winter segera masuk ke dalam sebuah van hitam yang melaju pesat ke rumah sakit.
Mobil-mobil hitam lain yang mengiringinya menyalakan lampu hazard dan beberapa mobil polisi membunyikan sirene untuk mengosongkan jalan Manhattan yang padat. Keringat mengucur dari dahi Maria yang pucat pasi sedangkan tangan Winter terus menekan luka tembak di perut istrinya untuk menghentikan pendarahan. Kemeja putihnya sendiri sudah berlumuran darah dan ia tak peduli sama sekali pada penampilannya lagi. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah segera sampai di rumah sakit.
Tangannya mengusap dahi Maria yang terus berkeringat bahkan ia dapat merasakan kulit Maria terasa dingin seperti orang tak bernyawa.
"You will be fine, honey. Ingat bahwa tidak ada yang dapat membunuhmu selain aku." Kata Winter pelan sambil mengecup kening istrinya dalam-dalam.
Saat Winter mengatakan bahwa tidak ada yang boleh melukai Maria selain dirinya, itu benar dan bukan bualan semata.
Maria itu layaknya mainan kesayangan Winter.
Dan ia tidak suka jika mainannya disentuh oleh tangan yang lain. Melukai Maria bahkan membunuhnya hanya hak Winter seorang. Apalagi saat dirinya belum bosan bermain.
Winter mendekap Maria erat sembari terus menekan perut wanita itu. Matanya terpejam di dalam ceruk leher Maria hingga mobil pun berhenti di depan rumah sakit. Tubuh Maria langsung di sambut oleh petugas medis dan segera dilarikan ke dalam ruang operasi detik itu juga. Sedangkan Winter berdiri kaku di depan koridor.
"Dia akan baik-baik saja." Irina langsung mendekap putranya.
Sedangkan Lavender yang tampak pucat tak dapat mengatakan apapun selain duduk di kursi dan menunggu. Hal yang sama dilakukan oleh Fleur. Wanita yang masih dalam balutan gaun pengantin itu entah kenapa ikut-ikutan ke dalam mobil Lavender untuk datang ke rumah sakit.
"Apa dia akan mati?" Tanya Fleur.
"Tidak."
"Benar. Wanita gila biasanya punya banyak nyawa. Dia tidak akan mati, percaya padaku."
"Tidak usah menjadi wanita menyebalkan saat seperti ini." Lavender berkata.
"Aku hanya menyemangati kalian." Fleur menghela napas lalu menepuk pundak Lavender.
Ia sebenarnya sangat kesal karena kejadian ini telah membuat kacau pesta pernikahannya. Bahkan acara bulan madunya terancam gagal begitu saja. Sialan memang Maria. Fleur berjanji jika wanita itu pulih, ia akan minta ganti rugi. Entah dalam bentuk apapun itu. Karena itu, wanita gila itu tak boleh mati.
"Sebaiknya kau pergi ganti pakaianmu, Fleur."
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."
"Dia hanya ingin pamer pada seluruh dunia kalau dirinya sudah menikah." Lavender berdecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTOXICATE DESIRE
RomanceThe Patlers #4 ( Winter & Maria ) Winter L. Patlers adalah putra kedua dari Maxime Federico Patlers-pemilik dua perusahaan besar, Patlers Group dan Air Italy. Perawakannya yang dingin, tatapannya yang tajam, rahangnya yang tegas serta tubuhnya yang...