Laki-laki selalu punya naluri— atau katakan saja gerakan reflek untuk mengemudikan mobil baik dalam keadaan panik maupun tidak. Dalam keadaan darurat, mereka akan langsung lari ke jok kemudi alih-alih ke jok penumpang. Sama halnya dengan wanita, mereka akan langsung masuk ke jok penumpang alih-alih jok kemudi. Jika Rain berada di jok penumpang malam itu, pengemudinya bisa dikatakan seorang laki-laki.
Dan orang yang tau tentang pabrik di st. Seville adalah Summer. Dia juga tau bahwa di sana ada cctv dan rekaman tersebut tidak boleh disebar.
Kenapa Summer menjadikan pabrik tersebut sebagai lokasi untuk melenyapkan mayat Charlotte? Dia juga tau betul dimana titik yang langsung mengarah pada cctv. Kemungkinannya ada dua ; pertama, ia ingin berlindung di balik bukti tersebut karena tau tempat itu berada di bawah kekuasaan mafia besar— karena tau rekaman disana tak mungkin tersebar sama sekali. Kedua, dia ingin mengungkap bukti pembunuhan Charlotte suatu saat nanti.
Baru saja Winter hendak masuk ke dalam rumah, Leonardo menghampirinya. Perawakan dingin pria itu terlihat penuh tekanan dengan sebelah tangan berada di dalam saku celana dan tangan yang lain memegang rokok. Leonardo menyodorkan sebatang pada Winter.
"Are you okay?"
"Hm."
Leonardo menatap ke depan sambil menghembuskan rokoknya— begitu pula dengan Winter. Keduanya pun terdiam beberapa detik dengan pikiran masing-masing. Dapat dikatakan di antara semua saudaranya yang lain, Winter punya hubungan yang sangat dekat dengan Leonardo— karena punya cara pikir yang hampir sama.
Leonardo, walaupun berada di pihak keluarga dan sering menutupi kasus-kasus yang mereka perbuat, penggelapan pajak dan sebagainya yang terjadi di dalam keluarga itu— masihlah punya nurani nya sebagai seorang polisi yang teladan. Bagi klan Partlers, dia adalah jenis polisi nakal yang terkadang suka melakukan hal-hal yang tidak di perintah.
"Kau ingat dulu pernah mengatakan bahwa kau sangat ingin memenjarakanku karena aku tidak membiarkan orang-orang yang berusaha mencelakaiku masuk ke dalam penjaramu?" Tanya Winter sambil tersenyum tipis.
"Hm."
"Kau juga bilang ingin membakar penjara ruang bawah tanahku."
Leonardo menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya dengan pelan. Lalu ia tersenyum mengingat kalimat-kalimat itu.
"Apa keinginan itu masih ada?"
"Tentu." Leonardo terkekeh bersama Winter.
"Mungkin kau bisa mewujudkannya sekarang." Winter menoleh pada Leonardo.
"Harus kutunggu kau bikin ulah dulu." Senyum kecil pun tergurat di wajah tampannya nan tegas.
Winter menghembuskan asap rokok lalu menghela napasnya berat. Kepalanya saat ini tidak dapat bekerja dengan baik meskipun ia terlihat sangat tenang. Pilihan yang diberikan oleh Rain, harus ia pilih salah satunya.
"Do you think my wife has killed Grandpa?" Tanya Winter dengan tatapan yang lelah."Sebagai seorang polisi pintar dan punya nurani. Bagaimana pandanganmu tentang kasus tersebut?"
Leonardo terdiam beberapa detik sebelum ia akhirnya menoleh pada Winter."Aku bukan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus kematian Grandpa dan Charlotte. Kau tau itu."
Winter tertawa pelan."Apakah kau berpikir aku baru saja mengenalmu? Aku tau betul kau menyelidiki kasus itu diam-diam— walau bukan ranahmu, brengsek."
"Banyak yang janggal. Kita semua tau. Tapi kau juga pasti lebih mengenal saudara-saudara sekandungmu, jadi kau yang seharusnya katakan padaku, apa yang terjadi malam itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTOXICATE DESIRE
RomanceThe Patlers #4 ( Winter & Maria ) Winter L. Patlers adalah putra kedua dari Maxime Federico Patlers-pemilik dua perusahaan besar, Patlers Group dan Air Italy. Perawakannya yang dingin, tatapannya yang tajam, rahangnya yang tegas serta tubuhnya yang...