Sebelum ke tujuan, Maria sempat mengambil jalan di kota Madrid sebab ia ingin menunjukkan sekolah dan kampusnya pada Winter. Ia juga memperlihatkan tempat tongkrongannya dengan Lavender. Banyak hal yang diceritakan Maria tentang apa saja sepanjang perjalanan. Cuaca hari itu sedikit mendung— dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambut Maria, semuanya terasa begitu normal. Maria belum pernah merasakan kedamaian jenis ini sebelumnya.
Ia menoleh pada Winter yang sedang menoleh padanya juga, lalu mereka berdua tersenyum tipis.
Bahkan tangan Winter terus menggenggam tangan Maria sepanjang jalan. Beberapa kali mereka sempat saling memberikan kecupan. Intinya hari itu— adalah hari terbaik bagi keduanya. Bagai dua ekor ikan yang baru saja dilepaskan ke dalam air— begitulah analoginya.
"Kau lelah?" Tanya Winter.
Maria menggeleng dengan senyum senang di wajahnya."Aku baik-baik saja."
"Kau terlihat lelah, kita harus bertukar."
"Tidak, aku tidak mau mobilnya masuk ke dalam jurang karena supirnya masih berada dalam kondisi tidak baik-baik saja."
"Jika aku tidak baik-baik saja, kita tidak akan pergi kemana pun. Biarkan aku yang menyetir."
"Aku tidak mau menjanda— walaupun Fleur bilang akan mencarikanku suami yang baru, tapi kita baru menikah satu bulan." Maria menggoda Winter.
"Jadi kalau sudah satu tahun, tidak apa-apa kalau aku mati dan kau cari suami baru, hm?"
"Karena itu jangan menyetir dan duduk dengan tenang disitu sampai kita sampai, oke?"
"Awas, ada rusa!"
Maria seketika menekan rem dengan kuat hingga kepala mereka tersentak ke depan— lalu Winter tertawa di tengah-tengah jantung Maria yang terasa seperti akan copot.
"Mana ada rusa di daerah seperti ini, sayang." Winter menjitak dahi istrinya sambil melepaskan seatbelt."Turun, aku yang akan menyetir. Kalau supirnya suka rem mendadak sepertimu, kita berdua bisa mati kena serangan jantung."
"Kau sudah gila?"
Belum sempat Maria melanjutkan, pria itu sudah menutup pintu mobil lalu berjalan mengitari bagian depan. Mendadak ide jahil Maria pun muncul. Dengan cepat ia menekan pedal gas— mobil mundur sedikit lalu ban berderit dan melaju meninggalkan Winter. Maria tersenyum sinis menyaksikan suaminya yang tercengang di tengah jalan lewat kaca spion. Memang hanya dia saja yang bisa iseng?
Tubuh Winter semakin lama semakin mengecil hingga akhirnya tidak terlihat lagi.
Winter menahan napasnya pelan akibat rasa nyeri yang kembali menyerang bagian panggulnya. Ia berjalan ke tepi setelah memandangi mobil Maria yang menghilang. Udara sejuk dan angin yang menerpa wajahnya membuat Winter merasakan kedamaian sejenak. Di kedua ruas jalan tersebut membentang hamparan ladang ilalang kering— suaranya yang bergesekan satu sama lain terdengar menenangkan. Terkadang suasana sederhana seperti ini— jauh dari hiruk pikuk kota benar-benar berhasil menenangkan jiwa yang kelabu.
Tak lama kemudian, jeep hitam pun kembali terlihat di kejauhan lalu berhenti dengan pengemudi cantik bermuka jengkel bicara padanya dari kaca yang diturunkan.
"Kau seperti orang tersesat, butuh bantuan?"
"Istriku baru saja meninggalkanku."
"Oh mungkin karena kau tipe suami yang menjengkelkan." Maria memutar matanya jengah.
Tersenyum tipis, Winter pun menopang wajahnya dengan tangan di tepi jendela mobil— memandangi wajah sang istri dengan gemas."Tapi lupakan istri gilaku, aku lebih tertarik masuk ke dalam mobil wanita cantik ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTOXICATE DESIRE
RomanceThe Patlers #4 ( Winter & Maria ) Winter L. Patlers adalah putra kedua dari Maxime Federico Patlers-pemilik dua perusahaan besar, Patlers Group dan Air Italy. Perawakannya yang dingin, tatapannya yang tajam, rahangnya yang tegas serta tubuhnya yang...