BAB 40

873 15 3
                                    

"Mungkin bisa saja kamu berencana dengan rencana yang menurut kamu terbaik. Tetapi bila Tuhan berkata tidak dalam rencana mu maka rencana itu tidak akan pernah terjadi, bahkan hanya angan belaka."

###########

"Gimana kita berdua pisah dari bunda dan ayah?" Ujar pangeran Mateen sembari memutar kemudi mobil.

Vela pun mendengar itu langsung menimang.

"Gimana?" Ujar sang pangeran Mateen sekali lagi.

Vela pun mengela napas berat.

"Bukannya aku gak mau. Kakak tau sendirikan? Kita yang satu atap dengan bunda saja selalu saja ada cobaan, apa lagi kita pisah dengan bunda? Nanti deh kalo udah ada waktu yang tepat." Ujar Vela dan langsung disetujui sang pangeran Mateen.

"Yaudah." Ujar sang pangeran Mateen.

###########

Mobil yang ditumpangi pangeran Mateen tepat berada didepan pintu utama kerajaan.

Vela maupun pangeran Mateen pun membuka pintu mobil dan menuju pintu penumpang, yang terdapat kedua anaknya dengan keadaan Lio tertidur sedangkan Lia meng-isap jari jempolnya.

Vela yang melihat ulah tingkah Lia pun tersenyum gemas sambil mengusap pipi cubby Lia.

"Lia anak mama, ish.. mama gemes banget deh. Jadi pengen telen kamu hidup-hidup." Ujar Vela sambil menatap Lia.

Pangeran Mateen yang mendengar itu pun kaget.

"Eits.. No! No! No! Anak aku gak boleh di telen. Buatnya susah." Ujar sang pangeran Mateen sambil menatap kearah Vela.

Vela pun terkekeh kearah pangeran Mateen.

"Bercanda kakak.. ish.. suami siapa si bikin gemes, jadi pengen lempar kesungai amazon deh jadinya." Ujar Vela sambil mengedipkan sebelah matanya.

Pangeran Mateen pun menatap kearah Vela dan bola mata hampir keluar.

"Heh! Sembarangan kalo ngomong! Gini gini juga kakak banyak yang suka! Gak seperti kamu." Ujar pangeran Mateen dengan wajah garangnya.

Vela pun tertawa melihat wajah garang sang suami.

"Udah ah! Aku ngambil Lia kamu Lio ya? Sini sayang ikut mama." Ujar Vela sambil mengangkat bobot tubuh Lia.

Pangeran Mateen pun hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan saran sang istri.

Mereka berdua berjalan ber-iringan dengan Vela yang mengajak Lia berbicara, sedangkan pangeran Mateen hanya tersenyum melihat sang anak juga sang istri yang terus berbica tanpa henti. Ah maksudnya hanya Vela yang terus berbicara sedangkan Lia hanya menatap kearah Vela saja.

Hampir menuju pintu utama ditangga nomor tiga. Vela maupun pangeran Mateen menghentikan langkahnya karena melihat keluarga Anisha yang sedang berkumpul juga keluarga pangeran Mateen seperti membicarakan sesuatu, yang pangeran Mateen lihat kalau Anisha sedang menangis tersedu-sedu sedangkan ayah Anisha menggeram marah, bunda nya- yaitu ratu Khonaliga- menangis disamping ayahnya. Dan jangan lupakan mama Anisha juga seperti bundanya.

Vela menatap kearah sang suami, dari matanya kelihatan seolah olah kalau ia bertanya kepada sang suami.

Kenapa itu kak?

Pangeran Mateen pun menggelengkan kepalanya tanda ia tak tau.

"Ayo masuk!" Ajak sang pangeran kepa istrinya.

Vela pun menganggukkan kepalanya.

Lima langkah sebelum masuk kepintu utama, langkah mereka ber-2 -berdua karena Lio sama Lia belum bisa berjalan ya- terhenti karena ayah nya Anisha menghampiri Vela dan menarik Vela dengan paksa agar menghadap kearah raja Brasta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOR MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang