'Mungkin dengan cara berpisah kita tau, jika berjuang tak semudah membalik telapak tangan.'
=======
Pangeran Mateen langsung membawa tubuh Vela kearah mobil miliknya. Ia tak perduli jika nanti mobil mewah miliknya akan kotor dengan bercak darah milik istrinya. Vela. Setelah meletakkan Vela kekursi numpang disebelah dirinya, pangeran Mateen pun langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata. Dijalan pun pangeran Mateen terus menggenggam tangan Vela, sedangkan satu tangan lainnya digunakan menyetir. Entah kenapa mulanya rumah sakit yang dekat pun, terasa sangat jauh. Ia pun menggeram kesal karena lampu merah. Karena ia panik jadi ia meneruskan sampai kerumah sakit. Setelah sampai pangeran Mateen pun langsung menggendong Vela kedalam rumah sakit tersebut.
"tolong!! tolong istri saya! dokter!! perawat!!" Teriak sang pangeran Mateen kepada perawat serta dokter yang ada dirumah sakit tersebut.
Dokter maupun perawat pun datang berbondong bondong, karena yang datang adalah anak raja dari negara ini-maksudnya negara Brunei Darussalam- setelah meletakkan tubuh Vela keatas hospital bed.
Vela pun langsung dilarikan keruang operasi, karena ada peluru yang masuk kedalam tubuhnya.
Pangeran Mateen pun menunggu didepan ruang operasi. Ia berjanji akan membalas siapapun yang berani melukai istrinya. Pangeran Mateen duduk dengan gelisah. Tak ada bunda nya yang memberi dia support. Biasanya jika keadaan seperti sekarang, maka bundanyalah yang menenangkan dirinya. Tapi sekarang. Tak ada. Lantas pangeran Mateen pun menelpone Axel meminta penjelasan siapa yang berani menembak istrinya.
Dering pertama tak diangkat oleh Axel, dering kedua masih belum diangkat oleh Axel. Setelah dering ketiga, Axel pun mengangkatnya.
"Hallo tuan muda." Sapa Axel kepada pangeran Mateen.
"Cari siapa yang telah mencelakai istri ku!" Ujar pangeran Mateen langsung mematikan sambungan telepone tanda mendengarkan penjelasan dari Axel.
Pangeran Mateen pun berdiam diri tak tenang, ia terus melihat kearah pintu yang bagian tengahnya terdapat kaca yang bisa melihat kedalam. Tetapi terhalang oleh tirai berwarna hijau. Ia berharap peluru itu tak mengenai jantung atau organ lainnya.
Sejam tak ada tanda tanda kalau lampu operasi berubah warna menjadi hijau. Axel pun tak memberikan informasi tentang siapa yang telah mencelakakan Vela. Pangeran Mateen pun berdiri lalu berbolak balik nanti kearah kanan nanti kekiri, persis seperti setrika. Satu jam lima belas menit, pintu operasi terbuka dan menampilkan doktet yang menangani Vela dengan baju operasinya. Pangeran Mateen pun bergegas kearah dokter tersebut.
"Doktor! bagaimana keadaan isteri saya? adakah dia baik-baik saja? kata doktor! Tiada doktor yang serius !?" Ujar pangeran Mateen dengan beruntun.
Dokter pun nampak menghela nafas lelah. Ia-maksudnya sang dokter- melepaskan surgical Mask. Pangeran Mateen pun tampak tegang, karena menunggu jawaban dari sang dokter.
"pesakit tidak apa-apa. Seluruh pasukan perubatan kami berjaya mengambil peluru yang berada di sebelah kanan, hanya ..." ujar sang dokter dengan mengggantung.
Pangeran Mateen pun dengan tak sabarannya, ia pun mengguncang tubuh sang dokter.
"cakaplah! doktor apa? hanya apa?" Ujar pangeran Mateen sambil mengguncang tubuh sang dokter.
Sang dokter pun menghembuskan nafas.
"Hah...cuma, pesakit sedang kritikal. ini menyebabkan pesakit tidak sedarkan diri. ini juga disebabkan kerana peluru tepat di sebelah hati." Jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MY HUSBAND
Teen FictionDisebuah kerajaan, yang sangat amat makmur. Kerajaan itu termasuk kerajaan yang sangat amat disegani.Harta kekayaan nya bahkan melebihi negara yang sering umat Islam kunjungi.Mekah. Tetapi kekayaan gak bakalan berpengaruh kalo sang pangeran gak bisa...