Hari sudah semakin sore, dan sedikit lebih jauh dari pusat perkotaan. Di sana terdapat banyak sekali perumahan yang masih sangat terawat oleh pemilik rumahnya. Bisa dibilang ini adalah bagian perbatasan antara perkotaan dan perkampungan.
Kini terlihat Hellen tengah berjalan kaki menuju kediamannya dengan pakaian kerjanya yang ia pakai waktu bekerja kemarin. Sebenarnya Robert menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke depan pintu rumahnya.
Tetapi Hellen tetap tidak mau. Ia tidak ingin Ibunya sampai tahu kalau dirinya tengah bersama bos besarnya di dalam sebuah mobil. Akan menjadi jutaan pertanyaan yang terlontarkan dari mulut orang tuanya itu. Belum lagi ia masih harus menyiapkan ribuan alasan untuk masalah sebelumnya terjadi.
Dan disinilah Hellen tinggal bersama dengan keluarga kecilnya di rumah sederhana ini. Dua kamar tidur yang cukup untuk orang rumah, lengkap dengan halaman yang cukup luas untuk mereka bercocok tanam.
Hellen pun dari luar pagar rumahnya, bisa melihat kalau anaknya tengah asik menggambar di teras rumah dan didampingi neneknya yang membimbingnya dari kursi kayu tua tersebut.
Rasanya Hellen ingin menangis melihat orang-orang yang ia kasihin ini harus menghadapi masalah hutang yang diperbuat oleh suaminya sendiri. Tapi ia berusaha mengusap air mata itu dan membuat ekspresi yang seperti biasa Hellen tampilkan kepada mereka berdua.
Dalam langkahnya, ia sengaja membuat suara keras pada gagang pagar itu agar mereka berdua menyadari kehadiran wanita muda itu.
Dan seperti dugaan Hellen, anak semata wayangnya pun langsung berlari dan memanggil-manggil namanya. Hellen langsung saja memeluknya sangat erat, mengelus kepalanya dengan lembut dan mencoba menenangkan putrinya yang menangis tersedu-sedu.
"Sudah sayang, mama sudah pulang kok. Udah, jangan nangis lagi ya. Jangan nangis," hibur Hellen kepada putri kecilnya.
"Mama, kenapa gak pulang kemarin? Tasya takut, Ma."
Yah ... bagaimana tidak? anak ini pasti masih memiliki trauma setelah mengetahui dirinya telah kehilangan sosok ayahnya untuk selama-lamanya. Dan sekarang tanpa ada sebab apapun, dia harus mengalami kejadian yang hampir serupa untuk kedua kalinya pada waktu berdekatan sekali. Walaupun pada akhirnya Mamanya itu pulang kembali ke pelukannya.
Hellen pun terdiam sejenak. Mencari sebuah alasan yang tepat untuk menangani tangisan seorang anak kecil ini.
"Iya Sayang, Maafin Mama. Mama kemarin ada kerjaan di kantor, jadi Mama gak bisa langsung pulang kemarin itu."
"Tapi, Tasya kangen sama Mama."
"Iya Sayang, Mama juga kangen sama Tasya kok. Udah, jangan nangis lagi ya."
Tak lama setelah itu, Ibu Hellen pun juga ikut menghampirinya dengan jalan yang sedikit lebih tertatih. Lalu ia menanyakan hal yang sama juga kepada Hellen.
"Kamu kemana aja kemarin, Len?" tanya Indri, Ibu Hellen.
"Ada kerjaan dari kantor aku kemarin, Ma," balas Hellen sambil terus menenangkan Tasya.
Wanita parubaya ini mengelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
"Mama ini khawatir loh, Len. Kamu ditelpon kemari susah bangetloh."
"Iya, Ma. Maaf, soalnya memang kemarin itu kerjaannya banyak banget. Jadi agak susah mau nelpon balik, Mama."
Indri pun hanya bisa mengelus dadanya. Bersyukur kalau anaknya kini sudah kembali dengan selamat.
"Ya sudah, kamu mandi sana, nanti mama masakin makanan buat kamu."
"Iya Ma, Makasih. Tasya sama Nenek dulu ya, Mama mau mandi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasrah
Romance21++ B*SM Hellen, seorang janda muda beranak satu dipaksa untuk menjadi budak s*ks atasannya sendiri karena suaminya dulu pernah bermain dengan keuangan Kas perusahaan yang mencapai milyaran rupiah. Untuk menebus semua hutang-hutang itu, Hellen tid...