Ch 7 : Heart Beating

24K 3.5K 75
                                    

Ivy merebahkan diri, menatap langit kamar yang keemasan. Memaklumi, mengapa Viviana asli begitu terobsesi dengan Arsene. Mungkin, jika Ivy tak tau tentang novel itu, jiwa fangirl Ivy juga sudah memuja-muja tampangnya.

Tetapi, sebenarnya apa alasan Arsene meminta Ivy meluangkan waktu untuknya? Bukankah seharusnya Arsene merasa muak hanya dengan melihat sehelai rambut wanita yang sangat dibencinya?

Pertemuan Arsene dan heroin yang menjadi awal novel diceritakan juga tinggal sebentar lagi. Pastinya Arsene akan mengabaikan Ivy jika mereka bertemu, kan?

'Tok, tok, tok'
Ivy membuka pintu kamarnya.

"Kakak ipar, apa minum tehnya berjalan lancar?" Goda Charlotte.

"Apa anda salah masuk kamar, Tuan Putri?" Saut Ivy kesal.

"Tidak tuh, sepertinya Nona Ivy akan menjadi calon kakak ipar saya hehehe"

Boro-boro calon kakak ipar. Ivy seharusnya bersyukur jika Arsene hanya menganggapnya lalat yang berlalu-lalang. Setidaknya nyawa Ivy tidak jadi taruhannya.

"Tuan Putri, sepertinya anda salah paham. Kami hanya minum teh biasa"

"Begitu ya? Sayang sekali. Padahal saya sangat menginginkan kakak seperti Nona Ivy" Charlotte menunduk kecewa.

"Jadi, apa yang Putri ingin bicarakan malam-malam begini?" Tanya Ivy.

"Emm... Apa saya boleh tidur dengan anda?"
Charlotte memohon seperti anak anjing yang tak mau ditelantarkan pemiliknya.

"Saya memang tidak bisa mengatakan 'tidak' pada anda, Tuan Putri"

Malam di istana sangat dingin, Ivy sulit terlelap meskipun tubuhnya kelelahan. Bagaimanapun juga, istana bukan tempat bagi Ivy untuk bisa tertidur nyenyak karena disini lah Sang antagonis tereksekusi.

Ivy memutuskan menuju balkon sekedar mencari rasa kantuk. Mengambil secarik kain untuk menutupi gaun tidur sekaligus menghangatkannya.

'haa..kira-kira apa aku bisa menghindari hukuman mati itu' Keluh Ivy.

Ivy memangku dagu, jemarinya mengetuk pagar, berpikir bagaimana cara mengubah takdir buruknya.

Namun, saat Ivy terhanyut dalam pikiran, pandangannya jatuh pada perawakan pria yang tak asing lagi.

'Apa yang dilakukan Arsene malam-malam begini di halaman istana?' Batin Ivy.

Tak lama kemudian mata Arsene melirik Ivy, seakan ia tau ada yang memperhatikannya. Arsene seperti mengucapkan sesuatu. Namun, tidak terdengar oleh Ivy karena jarak mereka terlalu jauh.

Ivy menengadahkan kedua tangan, mengisyaratkan bahwa dia tidak mengerti perkataan Arsene.

'Tlingg, tlingg, bughh'

Ivy terkejut dengan suara benturan pagar besi. Arsene tiba-tiba melompat ke balkon. Masalahnya balkon berada di lantai dua dan pria gila ini mendarat dengan mulusnya. Apa seorang pangeran juga belajar berakrobat?

"Saya bilang, mengapa anda masih terjaga malam-malam begini?" Tanya Arsene yang kini ada di hadapan Ivy.

"Saya tidak bisa tidur, Yang Mulia"

The Villainess's HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang