Ch 13 : You're Beautiful

21K 3.4K 349
                                    

Punggung Ivy bertumpu di sofa menghadap jendela dimana sinar matahari tak segan menggores pipinya, menciptakan kehangatan pada gadis pemilik manik mata violet itu.

Sayang sekali, terlepas dari cuaca yang begitu indah hari ini, ia harus terkurung di dalam ruangan. Memandangi secarik kertas kosong seraya menggaruk bingung pelipisnya.

To : Jeremy Agriche
Dear Brother

Aku baik-baik saja di istana, berharap kakak juga dalam keadaan yang sehat. Jadi, jangan khawatirkan aku. Khawatirkan nyawamu sendiri, jika kau berani mengirimiku orang-orang aneh lagi lain kali! Camkan itu!

Your sister,
Viviana

Kalimat cukup padat untuk mendiskripsikan perasaan Ivy. Tujuannya menulis surat, semata-mata hanya untuk membendung kegilaan kakaknya yang kian di luar nalar.

Ivy mengedarkan pandangan, namun tak menemukan siapapun yang bisa ia beri perintah mengantarkan suratnya.

Ia memutuskan melangkahkan kaki, mencari-cari Kepala pelayan utusan Jeremy.

Terlihat semua orang tengah sibuk nan antusias menyiapkan pesta dansa nanti malam.

Baginya, pesta dansa malah bagai ultimatum perang karena di sini lah Sang Heroin menampakkan diri pertama kali.

Entah insiden apa yang akan terjadi.

"BUGHH"
Ivy membentur punggung seseorang.

Ia mengusap dahi. Berniat minta maaf, tapi pria itu tak berkutit dari dokumen yang di pegangnya dan tetap meneruskan langkah.

Pria itu tak sengaja menjatuhkan sapu tangan, sehingga Ivy harus berlari menyusul demi mengembalikannya.

Ivy menepuk pundak pria itu.
"Permisi, sir? Sapu tanga—

"Jangan menggangguku, tidak liat apa aku sedang terburu-buru?" Ketusnya.

Pria itu masih setia menatap dokumen tanpa melirik sedikitpun keberadaan Ivy.

"Maaf, tapi ini sapu tanga—-

"Aku tidak tertarik denganmu!"

Ivy mulai mengatur napas agar penyakit darah tingginya tidak kambuh. Apa dia pikir Ivy adalah pelacur yang akan menggodanya?

Sekali lagi ia menepuk pundak pria itu.
"Sir, itu sapu tanga—

"Tuli ya? Aku sudah punya lima istri!"

Ivy tertawa miris. Ia mengulur tangan, menarik kerah pria berbadan tinggi tersebut agar sepasang mata mereka saling tertaut.

Pria itu sontak membeliak, tubuhnya kini condong mengamati Ivy dan bukan pada dokumennya.

"Wanita gil—

"Sapu.Tangan.Mu.Terjatuh" Potong Ivy memberi penekanan di setiap kata.

Ia menyodorkan sapu tangan. Secepat mungkin berbalik, sebelum terlontar sumpah serapah yang sudah di ujung tanduk.

The Villainess's HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang