_Semakin ku coba memahami,
semakin sakit rasanya hati ini_-Tiara C. R-
Malam minggu atau sabtu malam? Ntahlah, semua sama saja bagi Tiara, Tidak ada yang spesial, ia terbiasa hanya menghabiskan malam itu bersama teman-temannya. Tapi tidak dengan malam ini, ia hanya ingin menghabiskannya disini, di istana tercinta, kamarnya.
"Vin, lo kemana sih?" tanya Tiara ntah pada siapa.
Kelvin, cowo itu ntah kemana. Lama Tiara menunggu, tapi tak ada kabar darinya.
Puluhan panggilan pun sudah Tiara lakukan, satu pun tak ada yang dijawab. Pesan-pesan dari Tiara pun belum dibalasnya. Jahat memang.
Tapi Tiara tak menyerah, ia kembali mencoba menghubunginya, meski akhirnya..."Maaf nomor telepon yang ada tuju tidak dapat menerima panggilan."
Sama saja, hanya menambahkan resah dan kekhawatiran dalam hati Tiara.
Tok tok tok
Pintu kamar tiara berbunyi, sejenak Tiara berpaling dari kekhawatirannya itu.
"Ara, ayo sayang " Panggil Bintang.
Tiara melupakan satu hal.
"Makan malamnya udah siap, Sayang" Tambah Bintang. Ya, ini sudah menunjukkan jam makan malam. Tapi Tiara lupa akan hal itu.
"Iya Ma." Sahut Tiara, pasrah. Ia bangkit dari kasur Queen size-nya, berjalan menuju pintu kamar, lesu, layaknya orang tak bergairah.
Kini mereka berada di ruang makan. Seperti biasa, selesai makan malam mereka selalu berbincang tentang bagaimana Tiara hari itu. Namun kali ini berbeda, Tiara tak banyak bicara.
"Ara, gimana sekolahnya hari ini?" Rendi memulai obrolan pada Tiara.
"Ngga buruk Pah, sama seperti biasanya, melelahkan, dan bosen." Jawab Tiara singkat.
"Sayang, ada apa? Cerita dong sama mamah." Tanya Bintang, ia sadar ada sesuatu pada Tiara.
"Gapapa Mah, udah ya, Tiara capek, mau istirahat. " Tiara bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan orang tuanya. Tidak sopan memang, tapi mau bagaimana? Perasaan Tiara sedang tidak baik-baik saja malam ini.
"Ara... " Panggilan Rendi tidak dihiraukan, Tiara tetap berjalan menuju kamarnya. Perlahan, kini dia sudah masuk dalam kamarnya.
Bintang menyadari betul ada yang berbeda dengan sikap Tiara, ia pun memutuskan untuk menyusul putri nya itu.
"Sayang?" Tidak ada jawaban.
"Ara?" Bintang membuka pintu kamar Tiara, mencari putrinya itu. Tiara tak ada di kamarnya,"kemana Tiara?"- bathin Bintang bertanya.
"Ara?" Panggil Bintang begitu menentukan Tiara ada di balkon kamar. Tiara tidak menjawab.
"Ara lagi ngapain, Sayang? Ini udah malem, ayo masuk, ntar kamu sakit." Bawel Bintang.
Tiara masih saja diam, ia juga tak tahu apa yang sedang ia lakukan. Menikmati angin malam? Ah tidak, ini terlalu menusuk tubuh Tiara untuk dinikmati. Atau apa? Ntahlah.
Berulang kali Bintang membujuk Tiara untuk masuk kedalaman kamar, tapi Tiara tetap setia di balkon kamarnya. Ia menatap langit tanpa bintang yang bersinar, ya sama seperti hatinya kini, kelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen Fiction"Kalau gue gak bisa milikin lo, setidaknya biarkan gue yang jadi pengagum rahasia lo." Batin Tiara, saat melihat sang pujaan hati berjalan bersama seorang perempuan. Tiara Clareeta Reyhan, gadis cantik dan dingin. Merasakan pahitnya cinta bertepuk...