[6]

582 35 14
                                    

"Bedanya adalah dia pacarmu, sedangkan aku hanya sahabatmu."
-Tiara.C.R

Setelah dua hari full di Surabaya, kini Tiara sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Salah satunya adalah mendengarkan Raka berceloteh. Ditambah lagi sekarang Raka menemukan hobi barunya, yaitu menggoda Ghina. Raka yang cerewet dan nyebelin ditambah Ghina yang selalu berisik, lengkap sudah penderitaan Tiara.

Tiara mencoba untuk tetap fokus membaca novel yang hampir selesai ia baca. Entahlah, rasanya ia sangat menyukai novel satu ini. Yang ia tahu, cerita si tokoh utama wanita itu mirip sekali dengan nasibnya.

Tiara menitikkan air matanya tanpa sadar, nasib tokoh utama wanita itu berakhir tragis. Wanita itu meninggal karena kecelakaan, bahkan sampai akhir hayatnya ia belum sempat menyatakan perasaannya kepada laki-laki yang ia sukai.

Akankah nasibnya akan sama seperti tokoh utama novel yang ia baca? Apalagi posisinya yang sebagai pembalap, membuat kemungkinan ia untuk kecelakaan sangat besar.

"TIARA!" Teriak Rina, pasalnya Tiara tiba-tiba menangis dan dipanggil pun tak ada sahutan dari sang pemilik nama.

Tiara yang sadar dari lamunanya langsung menghapus air mata yang keluar tanpa se izinnya itu, berusaha menjauhkan pemikiran yang belum tentu adanya. Nasibnya pasti lebih baik dari si tokoh utama itu, pasti!

"Lo kenapa sih, Ra? Tiba-tiba nangis gitu, kan horor." Heran Ghina, seraya menatap Tiara yang masih sibuk menyingkirkan air matanya.

"Gue gak papa, gue cuman kebawa suasana cerita yang gue baca aja. Everythink is gonna be ok, don't worry." Jelas Tiara dengan senyuman tipis, bahkan sangat tipis.

"Baperan lo mah, Ra. Gitu aja nangis, kek bukan lo aja." Cibir Raka, namun tak dihiraukan oleh Tiara.

Rina menatap Tiara, apakah alasan Tiara menangis ada sangkut pautnya sama Kelvin? Karena kemarin Kelvin mengunggah foto dirinya dengan pacar barunya ditaman bermain, tanpa hadirnya Tiara. Biasanya, setelah balapan Kelvin akan menghabiskan waktunya dengan Tiara. Apa yang sebenernya sedang terjadi? Menanyakan hal tersebut pada Tiara hanyalah sia-sia, bukannya jawaban yang ia dapat malah mulut Tiara seakan bisu, enggan untuk berbicara.

Dering telfon mampu membuyarkan lamunan Rina, Tiara sontak meraih ponselnya yang ia letakkan di kolong meja. Senyumnya mengembang saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, siapa lagi yang mampu membuat senyum Tiara terbit selain Kelvin?

"Duh, duh, diabetes gue. Gitu kek, Ra. Senyum sekali-kali mah, jangan cembetut mulu." Gemas Raka, seraya mencubit pipi Tiara. Namun, segera ditepis oleh sang pemilik pipi.

"Bacot lo!" Tiara langsung bergegas pergi untuk mencari tempat yang sepi, agar ia bisa berekspresi sesuka hatinya.

Tiara menggeser tombol hijau itu ke atas, lalu menmendekatkan ponselnya ke telinga. Tak sabar ingin mendengar suara dari orang yang sangat ia rindukan.

"Woy, Ra! Lama amat sih ngangkat telfon doang, biasanya gercep ini kok lama." Ucap Kelvin dari seberang seraya misuh-misuh.

"Ya maap, tadi gue di kelas. Lo kan tau sendiri kalau gue gak bisa bebas berekspresi kalau ditempat umum, lupa lo sama kebiasaan gue?" Tiara ikut sewot.

"Hahaha, gampang banget bikin lo marah. Sabar mba, ah elah.."

"Bacot!"

"Oke-oke, maaf. Gue cuman becanda kok, sensian amat lo, pms ya?"

"To the point aja, ada apa?" Tiara sudah tidak niat untuk basa-basi.

"Gue cuman mau minta maaf tentang kemarin, gue gak tau kalau bakal jadi kek gitu. Maaf ya, Ra?"

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang