"Saling percaya adalah sebuah kunci agar hubungan tetap langgeng"
-Cho_colatteTiara menatap kosong jalan di balik jendela kamarnya, menggenggam erat sepucuk surat yang Kelvin tinggalkan untuk dirinya, surat yang berisi kalau Kelvin sudah kembali ke Medan tadi sore. Tiara menyenderkan kepalanya di tembok. Ia berpikir, jika dirinya adalah Elena, apakah Kelvin akan menunggunya hingga ia sadar?
Senyum miris kini menghiasi bibir Tiara. Namun, beberapa saat kemudian senyum itu sirna. Mungkin saja Kelvin tidak mau ketinggalan kereta dan tidak bisa kembali ke Medan tepat waktu, ya, mungkin seperti itu. Tiara terus berpikir positif agar hatinya tenang, ia harus percaya pada Kelvin, karena percaya adalah salah satu kunci agar hubungan mereka langgeng.
Tiara merutuki kebodohannya, mengapa ia harus menangis? Wajar saja kalau Kelvin dan Elena masih saling berbalas chating, mereka kan satu sekolah, dan lagi Kelvin belum mempunyai teman selain Elena. Ya, mungkin seperti itu, Kelvin tidak mungkin mengkhianati dirinya. Ia tidak boleh egois, ia tidak mau di anggap terlalu mengekang Kelvin. Kelvin bebas mau berteman dengan siapapun, Tiara percaya pada Kelvin.
"Ara?" Panggil Bintang, dengan suara lembut khas keibuannya.
"Eh, mamah, ada apa mah?" Tanya Tiara, seraya mendekati sang mamah lalu mereka berdua duduk di kasur Tiara.
"Gimana keadaan kamu, sayang? Udah enakan?"
"Mah, Ara cuman tidur. Mamah tau sendiri kan kebiasaan Ara kalau abis nangis langsung tidur? Ara ngga papa kok, mah."
"Lalu, kamu nangis kenapa? Sini cerita sama mamah."
"Eng,, Ara nangis gara-gara,,,, nonton film. Iya, nonton film di bioskop, filmnya sedih banget."
Bintang menatap Tiara penuh selidik, membuat nyali Tiara menciut. Tiara tau, ia tidak mungkin bisa berbohong pada mamahnya, tapi tidak mungkin ia menceritakan hal yang sebenarnya kepada Bintang. Apalagi Kelvin adalah anak tante Aul, sahabatnya Bintang, ia tidak ingin merusak persahabatan mereka.
"Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat cerita ke mamah, Ara berhak memutuskan apa yang mau Ara lakukan. Sedikit egois juga ngga papa, kalau itu bisa membuat Ara lega dan senang."
Mendengar itu membuat Tiara spontan memeluk Bintang, hanya mamahnya yang tau cara menenangkan hatinya. Tapi, sedikit egois itu seperti apa? Bertanya tentang Elena saja Kelvin masih tidak mau menjawab, lalu? Sedikit egois yang bagaimana? Entahlah, mungkin Tiara akan menemukan jawabannya nanti.
"Ara gak papa kok mah, beneran deh." Ucap Tiara meyakinkan sang mamah, ini hanya masalah kecil, ia yakin bisa mengatasinya dengan cepat.
"Ya sudah." Bintang melepas pelukannya, lalu menatap Tiara dengan lembut. "Kita turun, makan malam udah siap, papah juga udah nunggu di bawah." Tiara pun mengangguk dengan semangat.
☕☕☕
Kelvin menenteng tas ranselnya, melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan, rasa kecewa dan penyesalan bercampur dalam benak Kelvin.
Tak lama setelah keluar dari gerbong, matanya menangkap sepasang wedges yang berada tepat satu meter di depannya. Wedges merah muda yang pernah ia berikan kepada gadis yang mungkin sampai saat ini masih singgah di hatinya, gadis yang mungkin masih menjadi ratu penguasa hatinya.
Kelvin menatap wajah Elena, gadis itu tersenyum manis lalu merentangkan tangaannya, seakan menyambut Kelvin kedalam pelukannya. Melihat hal itu, Kelvin pun langsung menjatuhkan tasnya kemudian memeluk Elena.
Uhukk,, Uhukk!!
Tiara langsung meraih segelas air yang berada tepat di sebelah piringnya, meneguknya hingga sisa setengah."Ya ampun, ara, pelan-pelan dong sayang makannya." Ucap Bintang khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen Fiction"Kalau gue gak bisa milikin lo, setidaknya biarkan gue yang jadi pengagum rahasia lo." Batin Tiara, saat melihat sang pujaan hati berjalan bersama seorang perempuan. Tiara Clareeta Reyhan, gadis cantik dan dingin. Merasakan pahitnya cinta bertepuk...