[8]

490 21 1
                                    

"Terkadang,
Cinta membuat kita buta,
membuat kita tuli, dan
membuat kita bodoh."
-Sall_139

Dentingan sendok yang menggema menyelimuti keheningan di meja makan, tak ada satu pun yang mau membuka pembicaraan. Hingga akhirnya Tiara meletakkan sendok dengan posisi terbalik di atas piringnya, lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Ara." Panggil Rendi dengan nada lembut khas miliknya.

Tiara menghentikan langkahnya, "kenapa, pah?" Tanya Ara, seraya membalikkan tubuhnya.

"Mau langsung tidur? Gak kangen gitu sama papah? Papah baru pulang kok di cuekin sih." Bintang mengulum senyumnya ketika mendengar kalimat yang Rendi ucapkan, mengingat Rendi yang dulu cuek dan sangat irit ketika berbicara, sekarang dia malah menjadi manja.

"Ara capek pah, besok juga masih sekolah." Bohong, Tiara terpaksa berbohong kepada papahnya karena ia sudah berjanji pada Kelvin akan mengabarinya setelah jam makan malam.

"Ya sudah, tidur yang nyenyak ya, sayang." Kalimat dari Rendi hanya dibalas senyuman oleh Tiara, lalu ia pun kembali melangkahkan kakinya.

Sungguh, Tiara sangat menyayangkan kesempatan ini. Jarang-jarang Rendi ada di rumah karena biasanya papahnya itu sibuk bekerja, tapi ia sudah terlanjur berjanji pada Kelvin.

Tiara meraih ponsel androidnya, lalu membanting tubuhnya ke atas kasur. Senyumnya mengembang tatkala membaca chat dari Kelvin. Entahlah, naruninya berkata ini salah, namun otaknya tak bisa berpikir jernih.

☕☕☕

"ARA, BANGUN! INI UDAH SIANG." Teriak Bintang di depan pintu kamar Tiara, pasalnya sudah dari tadi ia memanggil Tiara, namun tidak ada jawaban.

Tiara yang terkejut langsung terperanjat dari tidurnya, ia menolehkan kepalanya ke arah jam yang tergeletak lemah. Jam menunjukkan pukul 06.51.

"Mampus." Tiara langsung beranjak dari kasurnya, namun keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Kakinya tersangkut lilitan selimut, yang mengakibatkan tubuhnya tersungkur ke bawah.

JDUG!!
"AWH!!" Pekik Tiara, kepalanya lebih dulu menyentuh lantai. Tangannya tak sempat menopang karena sudah lebih dulu berpegangan ke selimut yang melilit kakinya.

Bintang yang mendengar suara gaduh dan teriakan Tiara, langsung masuk ke dalam kamar. "Astaghfirullah, Ara?!" Bintang terkejut saat melihat Tiara yang, entahlah, ia pun tak mengerti.

"Mamah.." Nada bicara Tiara terdengar seperti ingin menangis, bagaimana tidak? Ia sudah sangat panik ditambah dengan kakinya yang tersangkut yang membuatnya menjadi seperti ini, dan kepalanya pun juga ikut kena imbas. Sungguh, kesialan di pagi hari sangatlah tidak keren.

"Ya ampun, sayang, kamu kenapa?" Dengan cepat, Bintang langsung membantu Tiara untuk duduk di atas kasurnya lagi.

"Ara panik, mah. Ini udah siang, dan Ara baru bangun. Kaki Ara nyangkut di selimut, terus dahi Ara malah nyium lantai." Mata Tiara sudah berkaca-kaca, takut kalau Bintang akan memarahinya karena kesiangan.

Bintang menghela napas, lalu tersenyum lembut. Pasti putrinya itu menghabiskan malam dengan berbalas chat dengan Kelvin.

"Ya sudah, hari ini kamu tidak usah berangkat. Nanti mamah yang ngabarin pihak sekolah. Sekarang kamu mandi, terus sarapan, habis itu kita obati luka kamu." Bintang mengusap lembut rambut putrinya.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang