[3]

777 32 0
                                    

"Yang terpenting adalah kebahagiaannya, bahagiaku? Itu urusan belakangan."

-Tiara.C.R

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu, tapi, Tiara masih belum keluar. Padahal teman-temannya yang lain sudah pulang sejak tadi, membuat Bintang merasa cemas. Bintang sudah menghubungi Tiara berkali-kali, namun, tak di angkat sama sekali.

Bintang menyetop mobil berwarna biru, yang dinaiki oleh kedua putri kembar Lintang, Rina dan Ghina. Mereka berdua pun keluar dari mobil, menghampiri Bintang.

"Ada apa ya, Tante?" Tanya Rina, sopan.

"Kalian tau Tiara gak? Dari tadi dia belum keluar, tante khawatir dia kenapa-napa." Ucap Bintang, ia cemas setengah mati pada putri tunggalnya itu.

"Biasanya dia di gudang, Tante. Setiap dia gak bawa headset, dia pasti main gitar sampe pulang di gudang." Jawab Ghina, lalu disambut oleh anggukan oleh Rina.

"Ya udah, makasih ya? Kalian cepet pulang, hati-hati dijalan."

"Iya tante, kami pamit. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Tanpa menunggu lama, Bintang langsung melangkahkan kakinya dengan cepat menuju gudang. Tidak memperdulikan bisikan dan tatapan yang ditujukan padanya, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Tiara.

Sesampainya di depan gudang, ia langsung membuka pintu lalu masuk. Terlihat gitar kesayangannya tergeletak diatas lantai, dan ada ponsel Tiara di atas meja. Tapi, dimana Tiara?

"TIARA?" Teriak Bintang, namun tak ada jawaban.

"Iya mah.. " Terdengar suara Tiara yang serak khas bangun tidur, Bintang lega mendengarnya.

"Ya ampun, Ara. Mamah tuh khawatir kamu gak keluar - keluar, bel udah dari tadi bunyi. Eh, ternyata malah tidur disini." Entahlah, bintang harus senang atau marah. Ia senang karena Tiara tidak apa-apa, tapi, ia juga marah karena yang ia khawatirkan malah enak-enakan tidur.

"Maaf Mah, Ara tadi ketiduran." Tiara tidak bohong. Setiap ia lelah menangis, ia akan langsung tidur dimana pun.

"Ya sudah, yuk pulang? Kamu pasti belum makan, mau makan dikantin dulu? Mamah juga kangen, udah lama gak nginjakin kaki disekolah ini." Ajak Bintang, yang langsung disetujui oleh Tiara.

Veliams high School, sekolah menengah atas milik keluarga Williams. Sekolah yang menyimpan banyak cerita tentang masa remajanya, sekolah yang menjadi saksi bisu kisah cintanya dengan pria yang saat ini menjadi suaminya.

Tiara dan Bintang duduk di salah satu meja kosong, seraya menunggu pesanan mereka.

"Ini neng, bu, pesanannya." Kata seorang wanita paruh bayu, yang tentunya lebih tua dari Bintang.

"Makasih, bu." Ucap Bintang, dengan senyuman khas miliknya.

"Loh, neng Bintang kan ya?" Bintang menatap wanita itu, berusaha mengingat siapa dia.

"Bu Sri?!" Tebak Bintang, seraya menunjuk wanita itu.

"Iya neng. Eh, sekarang mah udah gak pantes dipanggil neng lagi, udah punya anak." Canda bu Sri, penjual bakso favorit Bintang dulu.

"Gak papa lah, bu. Sini bu, duduk dulu." Bu Sri pun duduk disebelah Bintang, sedangkan tiara memilih acuh dan terus memakan baksonya.

"Aduh, udah punya anak tapi tetep cantik. Kalau kembali sekolah pun gak ada yang nyadar sama umurnya neng Bintang, tuh sama neng Tiara aja hampir sama."

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang