"dia bukan milikku, tapi aku merasa memilikinya"
-Tiara C.R
Setelah kemarin mengantar Kelvin dan keluarganya kebandara, kini Tiara menjalani hari tanpa semangat. Entahlah, rasanya seperti ada yang kurang. Tidak ada lagi yang tiba-tiba menelfon nya, hanya untuk mengajak ia balapan nanti malam.
Kenyataan bahwa Kelvin hanya menganggapnya sebagai sahabat, kembali menampar nya dengan keras. Ia tidak boleh berharap lebih. Tapi, salahkah jika ia mencintai sahabatnya itu? Ia tidak bisa mengendalikan perasaannya. Ia juga tidak bisa memilih siapa yang ingin ia cintai. Setiap waktunya di penuhi oleh Kelvin, semua tentang Kelvin.
Haruskah ia menyalahkan perasaan ini? Perasaan yang sama sekali tidak bisa ia kendalikan.
Tiara membaca buku novel yang beberapa hari yang lalu, ia beli bersama Kelvin. Tiara tidak bisa fokus sama sekali, setiap lima menit sekali ia selalu memeriksa Handphone nya. Berharap ada notifikasi dari Kelvin. Namun, hingga ia selesai membaca. Tetap tidak ada notif satu pun.
Tiara menutup bukunya, kasar. Ia beranjak untuk mengambil novel yang lain. Sungguh, hari ini adalah hari yang sangat membosankan.
Handphone Tiara bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Dengan semangat Tiara mengambilnya, dan melihat nama yang tertera di layar.
Semangat Tiara pudar, ternyata yang menelfon nya adalah Rina. Ia merasa bodoh, karena berharap kalau yang menelfon nya adalah Kelvin.
"Halo, Ra?"
"Apa?"
"Dari pada lo diem-dieman dirumah kek kuda, mending ikut kita ngumpul."
"Ogah!"
"Tap-"
Tut-Tiara memutuskan sambungan secara sepihak, moodnya semakin hancur. Mana disamain sama kuda lagi.
Handphone Tiara kembali bergetar. Tiara langsung mengangkat telfonnya, tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Gue bilang gue gak mau, anj-"
"Wow, wow, wow. Kalem ma bro. Ini gue Kelvin, jangan main ngumpat aja."
Tiara melebarkan pupil matanya, lalu melihat nama yang tertera di layar. Ternyata benar, yang menelfon nya adalah Kelvin.
"Lo kenapa sih, Ra? Biasanya juga lo kalem kan? Baru juga gue tinggal sehari, sekarang udah kaya anjing liar."
"Bangsat lo, Vin! Btw, ada apa nelfon gue? Awas aja kalo gak penting." Bohong, Tiara tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Padahal, ia sangat senang karena Kelvin akhirnya menelfon dirinya.
"Nggak, gue cuman kangen sama lo."
"Bohong banget."
"Hahaha, iya - iya. Gue udah nemu nih. Cewek medan yang manis banget, kalem lagi."
Hati Tiara mencelos. Sakit, sakit sekali. Baru sehari Kelvin disana, dia sudah menemukan cewek yang ia suka.
"Halo? Ra? Lo masih hidup kan?"
"Astaghfirullah. Gue masih hidup, masih sehat wal afiat!"
"Oh, kirain. Hehe. Lo mau tau gak, ceweknya yang mana?"
"Nggak makasih, gue paham kok selera lo." Orang bodoh mana yang mau lihat pacar baru si do'i? Ia tidak sebodoh itu!
"Hahaha, iya juga ya? Lo kan sahabat terbaik gue, masa lo gak tau selera gue. Pokoknya, kapan - kapan gue bakal ngenalin dia ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen Fiction"Kalau gue gak bisa milikin lo, setidaknya biarkan gue yang jadi pengagum rahasia lo." Batin Tiara, saat melihat sang pujaan hati berjalan bersama seorang perempuan. Tiara Clareeta Reyhan, gadis cantik dan dingin. Merasakan pahitnya cinta bertepuk...