"Maaf kalau caraku terkesan tidak sopan, tapi hanya ini yang bisa ku lakukan"
-Aldo.A-"Aldo?" Panggil Tiara pada seorang laki-laki yang sedang berbaring di sofa rooftop, membuat laki-laki itu mengalihkan pandangannya dari game yang sedang ia mainkan.
"Oh, kak Ara." Laki-laki yang di panggil Aldo itu langsung bangkit, mengangganti posisinya menjadi duduk.
Tiara tersenyum tipis, lalu ikut duduk di sebelah Aldo. "Kamu bolos lagi, Al? Ngga kapok kamu di marahin om Justin? "
Aldo terkekeh. "Ayah doang sih bukan apa-apa kak, tapi kalo udah urusan sama bunda, ya beda cerita." Tiara menggelengkan kepalanya, lalu fokus membaca novel yang tadi ia bawa.
Fokus Aldo kini terbagi, ia tidak bisa fokus pada gamenya karena matanya yang sesekali melirik Tiara. Jujur, ia menyukai teman dari kakak - kakaknya itu. Entahlah, tapi perasaan itu muncul begitu saja.
Aldo tau, perasaan ini tidak seharusnya ada. Tapi, setiap ia melihat Tiara menangis, hatinya tidak terima dan ingin memberi pelajaran pada orang yang telah membuat Tiara menangis.
Ya, ia selalu ada saat Tiara menangis di gudang sekolah. Aldo selalu mengikuti kemanapun Tiara melangkah, memperhatikan Tiara dari jauh dan menyukai Tiara diam-diam. Memang terkesan tidak sopan, tapi hanya ini yang bisa ia lakukan.
"Kak, gue denger hari minggu bakal ada festival buku gitu di taman kota. Kita kesitu bareng, yuk?" Aldo harap-harap cemas, apakah Tiara mau pergi bersamanya?
Tiara menatap Aldo, seraya memikirkan ajakan Aldo barusan. Memang tidak ada salahnya ia menerima tawaran Aldo, toh festival buku memang sangat jarang ada.
"Boleh, nanti tinggal ke rumah aja, ya?" Tiara tersenyum manis, lalu kembali fokus pada novelnya.
'Yess!' Aldo tersenyum puas, tidak sia-sia ia menggunakan tabungannya untuk mensponsori festival ini. 'Kak Kelvin, kak Ara gue pinjem dulu. Gue gak bakal kayak lo kok, yang terus-terusan nyakitin kak Ara.'
"Kenapa lo, senyum - senyum? Kesurupan?" Tanya Tiara, heran karena Aldo malah senyum - senyum sendirian.
"A,, enggak kok. Gue,,, senyum,, gara-gara gamenya seru. Iya." Aldo gugup setengah mati, bisa-bisanya Tiara melihat ia tersenyum, padahal biasanya Tiara selalu fokus pada novel yang ada di tangannya.
"DEFEAT!"
'Mampus gue!' Aldo semakin kelabakan, melihat Tiara yang sedang menatapnya seraya menaikkan sebelah alisnya. Gara-gara terlalu fokus pada kakak yang ia suka, Aldo jadi lupa dengan game yang sedang ia mainkan."Aldo? Tiara? Kok kalian berdua ada di sini?" Kedatangan Rina mampu membuat Aldo bernapas lega, untung saja kakak sulungnya itu datang.
"Bukan urusan lo." Jawab Tiara tanpa minat, lalu kembali fokus pada novel di tangannya. Sedangkan Aldo sudah kembali fokus pada gamenya. Membuat Rina menggelengkan kepala, entah mengapa sifat mereka berdua hampir mirip.
Rina yang enggan untuk berlama-lama berdiri pun ikut duduk di sebelah kanan Tiara, lalu membuka snack yang sempat ia beli di kantin sebelum menyusul Tiara ke rooftop.
"Al, di cariin Ayah. Kamu kenapa sih? Kucing-kucingan mulu sama Ayah, kasihan Ayah, Al." Ucap Rina, melirik Aldo yang berada tepat di sebelah kiri Tiara.
"Lo kasihan sama Ayah, tapi ngga kasihan sama gue? Lo sama kak Ghina enak, kak. Kalian berdua kesayangan Ayah sama Bunda, sedangkan gue? Gue sampah!" Aldo tersulut emosi, lagi - lagi ia harus ribut dengan keluarganya.
"Ya kalo-"
"Stop deh, kalian berdua! Sakit telinga gue! Kalo mau ribut, sana cari tempat lain! Ganggu gue aja!" Tiara memotong kalimat Rina, membuat mereka berdua diam. Aldo yang kembali fokus pada gamenya, dan Rina yang sibuk dengan cemilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen Fiction"Kalau gue gak bisa milikin lo, setidaknya biarkan gue yang jadi pengagum rahasia lo." Batin Tiara, saat melihat sang pujaan hati berjalan bersama seorang perempuan. Tiara Clareeta Reyhan, gadis cantik dan dingin. Merasakan pahitnya cinta bertepuk...