[1]

1.5K 43 2
                                    

Derungan motor terdengar nyaring di sekitar jalan yang sepi, memudahkan kedua pembalap itu untuk saling menyalip. Hingga mereka sampai di garis finish, dan tertawa bersama.

"Ternyata, gue gak mungkin ngalahin anaknya sang Ratu Sirkuit." Kata seorang laki-laki, seraya melepas helm full facenya.

"Suatu hari, lo pasti bakal ngalahin gue, Vin." Kata Tiara, lalu membenarkan rambutnya yang acak-acakan.

"Semoga deh, ya?" Mereka pun tertawa bersamaan.

Tiara dan Kelvin sudah biasa menghabiskan malam sampai larut, untuk balapan yang mungkin gak ada faedahnya. Tapi, hanya disaat seperti inilah mereka bisa melepas tawa.

"Oh iya, Ra. Lusa gue bakal ke Medan, ikut bonyok." Seketika senyum dibibir Tiara memudar, haruskah?

"Emangnya, kenapa kalian pindah?" Tiara berusaha untuk tidak gugup. Jujur, ini sangat berat baginya.

"Pekerjaan bokap gue di pindah ke Medan, jadi ya, mau gak mau gue sama nyokap harus ikut pindah."

"Ka- kalau lo pindah, gu- gue balapannya sama siapa? Gue, nge habisin waktunya sama siapa? Se-selama ini kan, yang nemenin gue balapan cuman lo." Tiara menunduk, tak mau melihat orang yang sudah lama singgah di hatinya.

"Ya, lo cari temen lah, Ra. Yang sepemikiran sama lo, gue juga bakal cari temen yang kaya lo. Tapi tenang, posisi lo sebagai sahabat gue gak bakal tergantikan." Kelvin menepuk bahu Tiara.

"Gi- gitu ya." Hati Tiara mencelos, namun ia tetap memaksakan untuk tersenyum.

'Friendzone, ha-ha.' Batin Tiara menertawakan dirinya.

"Kompetisi balap di berbagai daerah, nasional ataupun internasional. Lo wajib ikut, karena gue bakal ngalahin lo disana." Ucapan Kelvin, membuat Tiara tersenyum smirk.

"Coba aja kalau lo bisa, ngalahin anak dari sang Ratu Sirkuit." Tiara meremehkan.

"Oke, liat aja nanti." Mereka kembali tertawa, lalu memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing, karena jam sudah menunjukkan dini hari.

☕☕☕

"Aul!! Lo mau pindah kok dadakan banget? Kenapa gak bilang dari seminggu sebelumya, atau sebulan sebelumnya, atau setahun sebelumnya? Kenapa baru sekarang?" Bintang -mamah Tiara- merasa kesal, karena sang sahabatnya akan pindah dan dia baru dikasih tau sekarang.

"Bukan gitu Tang, gue juga nerima info dari Frisky dadakan." Kata Aulia -Bunda Kelvin- membela diri.

"Oh, jadi lo yang mau tiba-tiba pindah, dan baru ngasih tau gue sekarang, iya?" Frisky menelan ludahnya, susah payah. Harusnya ia lebih cepat memberi tau bintang, ia lupa kalau Bintang bisa seseram ini.

"Bu- bukan git-"
"APA! LO MAU BIKIN ALESAN APA? GUE GAK PERNAH NGELARANG SIAPAPUN BUAT PINDAH, TAPI GUE PERNAH NGOMONG TOLONG HARGAIN GUE! BILANG DARI SEMINGGU SEBELUM PINDAH KEK, SEBULAN SEBELUM PINDAH. BUKAN SEHARI SEBELUM PINDAH!" Bentak Bintang, karena terlalu emosi. Ia tidak bermaksud untuk seperti itu, ia hanya tidak rela kalau sahabat kesayangannya itu jauh dari dirinya. Setidaknya, jika ia diberi tahu dari awal, ia masih punya waktu untuk menghabiskan waktu dengan Aulia.

"Udahlah tang, gue tau apa yang lo rasain. Lo cuman gak rela jauh dari sahabat lo itu, kan? Lo harusnya ngerti, Frisky ngurus ini itu pasti ribet." Lintang-Bunda Rina&Ghina- menenangkan Bintang, sang adik kembarnya.

"Tapi kan kalau dia bilang ke kita, seengaknya kita bisa bantu!" Bintang kesal setengah mati, entahlah, pikirannya saat ini sedang kacau.

"Lo kaya gak tau si Frisky aja, Tang." Kata Kevin-Papah Raka-, seraya memakan cemilan yang disediakan oleh Bintang.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang