#001

10.1K 112 1
                                    

"Tuhan, apakah sepanjang hidupku akan selalu seperti ini?"

Sepenggal kata memilukan itu terucap dari bibir kecil seorang remaja pria yang seumur hidupnya tak bisa menikmati dunia luar.

Indahnya pemandangan dunia luar, hanya dapat dia nikmati dari balik jendela kamar lantai paling atas sebuah rumah sakit ternama di kota itu.

Namanya Velten Zamiel, dia berumur dua puluh satu tahun. Dia anak dari keluarga yang terbilang sangat berada, tapi sayang kekayaan memang belum tentu membahagiakan.

Kenapa begitu? Ini seperti yang banyak dibilang oleh banyak orang, uang memang bukan segalanya.

Yaa, ambil saja contoh dari Velten Zamiel ini. Hidupnya sangat berkecukupan, wajahnya rupawan dan orang tua sangat menyayanginya. Tapi dia tak bisa menikmati kesenangan diluar sana, setiap hari dia hanya boleh berada dalam kamar rumah sakit.

Seumur hidupnya hanya ada obat, suntikan, baju hangat, masker oksigen yang senantiasa selalu menempel di hidung dan mulutnya.

Ini semua diakibatkan karena penyakit yang dideritanya sejak masih bayi. Dia mengidap kanker paru stadium akhir dan gagal jantung. Memang hanya dua penyakitnya, tapi penyakit ini setiap hari mengancam hidupnya.

Sejak awal dokter sudah memberitahu kepada orang tua Velten, bahwa mereka harus menyiapkan hati yang besar. Karena sewaktu-waktu Velten bisa kapan saja dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Tapi Tuhan berkehendak lain, Tuhan sepertinya masih ingin melihat Velten berjuang sedikit lebih lama lagi.

Beranjak dewasa dia tau bahwa hidupnya tak akan lama lagi.

'Harusnya Ibu dan Ayah membiarkanku mati saja sejak dulu'

Kata-kata itu selalu keluar dari bibir kecilnya, ketika dia sedang kesal.

.     .     .     .     .

"Aku bosan sekali, benar-benar ingin melihat dunia luar"

Bruagghhh

Seseorang membuka pintu kamar Velt dengan sangat kencang dan itu membuatnya terkejut.

Seorang wanita muda masuk dengan sembarangan ke kamar rawat Velt.

"Ib--u???" Wanita muda

"Maaf nona, anda salah kamar" Velt

"Eehhhhhh????? Ma maafkan aku tuan" Wanita muda

"Tak apa" Velt

"Kalau begitu saya pamit dulu" Wanita muda

"Ya" Velt

Tapi wanita muda itu mengernyit heran karena remaja yang berada diatas ranjang itu meremas dada sebelah kiri dan sepertinya kesakitan. Kemudian wanita muda itu dengan inisiatifnya memanggil suster untuk memeriksa keadaan remaja tersebut.

Wanita muda itu kemudian melenggang pergi menuju kamar ibu nya. Ibunya mengalami serangan jantung ringan dan kamarnya tepat berada di sebelah kamar Velt.

Wanita muda ini menceritakan apa yang terjadi tadi pada ibunya, dan karena ibunya sudah beberapa hari di rumah sakit itu jadi dia mengetahui sedikit tentang remaja yang berada di sebelah kamarnya itu dari para perawat.

SURVIVE (Femdom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang