9. Don't watch me cry

1.2K 173 51
                                    

Klik di atas untuk mendengarkan lagu  Jorja Smith - Don't Watch Me Cry ( Cover by Jordan)

💮💮💮💮💮

What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find
It's up to you, and it's up to me
No one can say what we get to be

Sinar senja terlihat begitu indah, terpantul dengan sempurna di permukaan sebuah danau kecil di pinggir hutan, tempat favorit Yibo dan Xiao Zhan. Tempat rahasia mereka.

Dua pemuda itu berbaring di rerumputan. Berbantal lengan, mereka sama-sama mengamati langit yang berwarna jingga.

Xiao Zhan memiringkan tubuhnya, menatap Yibo yang kini tengah menerawang jauh ke jajaran awan di atas sana.
"Yibo?"

"Heum?" Yibo ikut memiringkan tubuhnya. Posisi mereka kini saling berhadapan.

"Apa kau pernah menyesal mencintaiku?" tanya Xiao Zhan.

Yibo tersenyum lembut, "Kenapa aku harus menyesal? Mencintaimu adalah anugerah terbesar dalam hidupku. Aku selalu terbangun setiap pagi dan bersyukur, karena kau ada di dunia yang sama denganku," ujarnya.

Kalimat itu membuat Xiao Zhan terharu. Entah masalah apa yang akan mereka hadapi kelak. Namun, selama mereka saling memiliki, Xiao Zhan yakin dapat mengatasi semuanya. Pemuda itu pun mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Yibo yang terlihat chubby. Merasa lucu, Xiao Zhan tersenyum tipis, "Kenapa kau gemuk sekali, heum?" ucapnya sambil menjewer pipi Yibo.

Kekehan dari bibir Xiao Zhan dibalas dengan tatapan teduh. Yibo menjawab, "Karena aku bahagia bisa mendengar suara tawamu setiap hari. Melihat senyum indah di wajahmu, terbangun dengan ucapan selamat pagi dan tertidur setelah mengucapkan selamat malam meskipun hanya lewat telepon. Kau membuatku bahagia dengan hal-hal sederhana." Yibo meraih tangan mungil yang menarik pipinya, kemudian mencium tangan itu.
"Zhan, berjanjilah untuk tetap bersamaku. Jangan pernah meninggalkanku, sampai napas terakhir dalam hidupku."

"Yibo ...."

Air mata keduanya sama-sama mengalir. Wajah mereka kian mendekat satu sama lain, kemudian mereka berciuman. Hanya menempelkan bibir tanpa lumatan, merasakan kehadiran sang kekasih, melepaskan kerinduan akan suhu tubuh orang yang dicintainya.

.

.

.

Makan malam di kediaman keluarga Xiao masih tetap terasa dingin. Xiao Zhan dan Cheng Xiao menyantap makan malamnya dengan tenang. Tidak sampai habis, Xiao Zhan hanya menyantap sedikit makanannya, kemudian meninggalkan meja.

"Aku sudah selesai," ucapnya.

Tidak berselang lama, Cheng Xiao menyusul kakaknya, "Aku juga sudah selesai," kemudian gadis itu berjalan cepat menuju lantai dua.

Tuan Xiao meletakkan sumpitnya, tidak lagi berselera untuk menyantap makan malam. Pria itu memijit keningnya, tidak menyadari bahwa setetes air mata telah mengaliri sudut pipinya.

Di dalam kamar, Xiao Zhan mengambil sebuah bingkai foto berisi foto dirinya dan keluarga. Air mata yang telah menggenang tumpah begitu saja ketika dirinya menatap foto itu.
"Ayah, maafkan aku," lirihnya.

Foto itu ia masukkan ke dalam sebuah koper yang akan dibawanya ke Amerika. Segala keperluan seperti paspor, visa dan tiket pesawat telah siap. Besuk siang mereka akan berangkat ke Amerika. Xiao Zhan sudah membulatkan tekad. Sepucuk surat untuk sang ayah juga telah ia titipkan kepada Cheng Xiao. Rencananya, mereka akan langsung bertemu di bandara. Kebetulan jadwal keberangkatan pesawat sekitar pukul 12.00. Xiao Zhan akan menunggu sang ayah berangkat kerja agar tidak menimbulkan kecurigaan, setelah itu barulah dirinya berangkat ke bandara. Cheng Xiao juga akan mengantar keberangkatannya. Xiao Zhan terpaksa pergi tanpa sepengetahuan sang ayah. Xiao Zhan sangat yakin sang ayah akan berusaha menghalanginya jika pria itu tahu bahwa Xiao Zhan akan pergi ke Amerika. Sudah berkali-kali dalam beberapa minggu ini Xiao Zhan berusaha meyakinkan sang ayah, namun hasilnya nihil. Hingga akhirnya Xiao Zhan nekat mengambil keputusan semacam ini, yaitu pergi dengan diam-diam.

REWRITE THE STARS (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang