12. KENAPA LO BOLEH GUE NGGAK?

80 8 4
                                    

Kira yang terkaget memegang pipiya yang panas akibat kecupan singkat Rius. Ketika Kira akan membuka mulutnya untuk berbicara, sebuah suara mengagetkan mereka berdua.

Bunyi gemerincing dari gantungan kunci-kunci ruangan sekolah mereka terdengar, rupanya satpam sekolah sedang berusaha untuk membuka pintu ruang dance. Ia curiga ada manusia di dalam ruang dance saat melakukan patroli malam.

"Gawat. Pak Dirto." Rius dan Kira berdiri, dan secepat kilat melewati jendela tempat mereka masuk dan mengendap-endap keluar dari lingkungan sekolah.

Pak Dirto yang merasa mendengar suara-suara dari dalam ruang dance dibingungkan ketika tak melihat seorang pun berada di dalamnya. Ia bergidik ngeri mengira sosok tak kasat mata yang menimbulkan suara-suara itu.

Di sisi lain Rius dan Kira tertawa terbahak-bahak melewati lapangan parkir menuju gerbang sekolah.

"Mobil lo gimana?" tanya Kira.

"Gue nggak bawa mobil," jawab Rius santai, yang dibalas Kira dengan mengangkat alisnya. "Kita naik taksi online ya."

Akhirnya mereka keluar dari sekolah dan masih terus berlari sampai berada di tepi jalan raya. Mereka berdiri di trotoar, tertawa mengingat tingkah konyol mereka.

"Yah, Ri. Hape gue mati. Nggak bisa pesen taksi online. Hape lo coba."

Rius tersenyum memamerkan giginya lagi, mengangkat hape yang masih hidup lalu menghitung, "satu---dua---tigaaa..." hape itu mati.

"Kok mati juga."

"Batereinya tadi tinggal 20 persen waktu buat nyetel lagu"

"Yaaahhh... gimana dong pulangnya?" tanya kIra dengan tampang memelasnya

"Naik taksi konvensional aja," usul Rius.

Mereka menunggu taksi konvensional agak lama. Karna sudah mulai jarang tentu saja. Mereka bersandar pada pembatas jalan di trotoar sambil melihat kelap kelip lampu kendaraan yang berlalu lalang di depan mereka.

"Ri. Lo masih hutang sama gue." Kira membuka pembicaraan.

Rius menoleh ke arah Kira,"hutang apa?"

"Transjakarta," jawab Kira yang kini juga balik memandang kearah Rius. Gosh. Kira sempat terpesona dengan wajah Rius, rambut Rius yang lumayan panjang menyentuh dahi basah karna keringat. Kalau saja tidak ingat dengan gengsi, Kira akan dengan ikhlas memandang wajah Rius sepanjang malam.

"Oooo ya ya ya, gue inget. Mau minta apa?" tanya Rius mengingat Kira tidak ingin dibayar dengan uang.

Kira tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi. Rius melihat adanya kejanggalan di senyum Kira, seperti senyum-senyum jahil yang akan meminta hal yang tidak-tidak untuk dilakukan.

"Ajak gue ke club dong," kata Kira mantap.

Rius dengan segera membulatkan bola matanya, "hah? Gue nggak salah denger?" tanya Rius kaget.

"Enggak. Gue penasaran aja gimana di dalem. Temen-temen gue alim-alim semua. Gue kan juga pengen tau dunia kayak gitu. Dan menurut gue, lo orang yang tepat buat jadi orang yang jagain gue semisal gue kenapa-napa," jelas Kira panjang lebar.

"Ki. gue nggak mau ngajak lo ke tempat kayak gitu. Gue nggak mau ngejerumuin lo ke tempat yang di judge jelek sama orang-orang," jelas Rius serius.

"Gue yang mau kok. Bukan lo yang ngajak. Ayolaaahhhh.... yah... yah..." Kira terus memaksa Rius, dengan menampilkan mimik muka melas.

"Emang nyokab lo ngijinin?" tanya Rius.

"Ya pasti enggak lah," jawab Kira dengan cepat, lalu melanjutkan, "kita pergi waktu nyokap gue enggak ada di rumah. Liburan sekolah besok nyokap gue pergi ke Bandung selama tiga hari."

SEIRIOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang